Sabtu, 16 Oktober 2010

My Cute Heroin

"Loh, saya pesennya kan lemon tea panas?!" Bentak tante di sebelah saya.
Si Mbak yang membawakan segelas ice lemon tea itu bingung, terdiam sejenak, dan mengecek bon yang terletak di bawah meja.
"Tapi di sini tertulis ice lemon tea." Dengan takut-takut si mbak pramusaji yang imut itu menunjukkan secarik kertas.
"Jelas-jelas saya minta teh hangat! Iyahkan?" Si Tante meminta dukungan dari teman-temannya.
"Permisi sebentar" si mbak pramusaji tampak mengkerut takut dan pergi meninggalkan tante itu. Berselang beberapa detik si mbak pramusaji imut tadi menghampiri kembali meja tante di sebelah saya, kali ini bersama mbak manajer (yang juga imut).
"Maaf, tadi saya salah mencatat pesanan Anda. Satu lemon tea hangat akan segera diantar. Sekali lagi maaf." Dengan sigap si mbak manager menunduk minta maaf, mencoret dan menuliskan sesuatu di bon pesanan Tante.

Sebenarnya bukan sepenuhnya salah si mbak manajer yang mencatat orderan si Tante. Dari awal si Tante hanya menyebut 'lemon tea' tanpa kriteria spesifik panas atau dingin. Berhubung kondisi restoran sedang ramai (sebagai bukti, saat itu saya sedang duduk di sofa tunggu bersama beberapa tamu lainnya) si mbak manajer pun mengasumsikan pesanan si Tante sebagai 'ice lemon tea'. Dan semestinya si Tante tadi juga mendengarkan dengan seksama ketika si mbak mengulangi pesanannya, bukannya malah mencueki dan asyik tertawa dengan teman-temannya. Pengulangan si mbak pun menjadi sia-sia karena diakhiri dengan anggukan si Tante tanda setuju. Nyatanya? Satu gelas ice lemon tea tersia-siakan (gluk, saya haus..).

Setelah menunggu sekitar 10 menit pesanan saya datang, dan ternyata yang membawakan adalah si mbak manajer yang imut (kecil banget mbaknya, tingginya sedagu saya, kurus, baju seragamnya tampak longgar, dan kacamatanya tampak melorot, lucu deh :D), rasanya saya pingin memeluk si mbak erat-erat dan bilang "Salut sama si mbak. Keren!" Plok, plok, plok (suara tepuk tangan). Si mbak manajer imut ini menurut saya memang keren, bayangkan seluruh dinning area di lantai satu ini dia yang menguasai, termasuk order untuk take away, urutan antrian meja, kadang dia membantu pramusaji membawa makanan dan sebagai security juga (penjaga pintu yang membatasi tamu yang nekad nyelonong masuk tanpa antri). Oiyah, sebagai mesin penyambut tamu juga dengan ucapan "Selamat datang" dan "Terima kasih untuk kunjungannya" setiap kali ada tamu yang melewati pintu. Apakah dia tidak mempunyai anak-buah? Oh ada, tapi entah-mengapa pelayan-pelayan yang lain selalu saja bertanya pada dia, dan pada akhirnya dia juga melayani langsung. Mungkin karena jam sibuk sehingga tidak memungkinkan untuk menjelaskan panjang lebar. Ugh, susah juga.

Dan lagi, teriakan si mbak manajer imut ini telah menyelamatkan kepala saya dari tumpahan saos steak. "Hey! Hati-hati itu. Jangan ditaruh di situ!" Saya sendiri tidak menyadari ketika mbak pramusaji imut berdiri di belakang saya, menggunakan bantalan sofa sebagai alas tulis, sedangkan tangan kirinya melayang di atas kepala saya dengan senampan steak tertutup di dalam plat besi panas dan secangkir saos di atasnya. Bayangkan, dengan sebelah tangan yang kecil dan ringkih dia mengangkat itu! Si mbak manajerpun segera mengambil alih nampan itu dan menjauhkannya dari atas kepala saya. Fiuh. Hidup mbak manajer imut! Hahaha. Dengan senyum mengembang di bibir saya (karena pesanan sudah di tangan) dan senyum lelah di bibir si Mbak, sayapun melangkah pulang, dibukakan pintu dan diiringi suara lembut mbak manajer imut "xie xie guang lin.."

*ilustrasi: produk barunya Pizza Hut China :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)