Mereka maunya apa sih? Kalau memang tulisan dan cerita di blog saya ini membuat mereka merasa eneg, dan ingin muntah yah tidak perlulah mereka diam-diam membacanya. Kadang mereka berkomentar di luar kesadaran mereka. Kalau memang tidak sesuai dengan harapan mereka, buat apa mereka membacanya, buang-buang waktu. Anggap saja mereka tidak pernah tahu kalau saya bercerita di blog ini.
Mereka boleh menganggap diri mereka hebat dan menyombongkan diri mereka langsung di hadapan saya. Apakah saya tidak boleh berangan-angan menjadi seseorang yang hebat melalui cerita-cerita saya? Karena saya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan "Eh, menurut loe, Wang Lee Hom* sama gue gantengan mana? Kayanya gantengan gue ke mana-mana yah. Hahaha." Di dalam cerita inipun saya tidak pernah berangan-angan menjadi seperti Scarlett Johansson**, terus-terang saya malu, tidak berani dan hati kecil sayapun mengatakan "Bagaimana mungkin, kamu bermata sipit dan berambut hitam, lah jelas-jelas dia bule yang berambut pirang."
Menjadi salah saya (dan perempuan-perempuan lain) kalau tiba-tiba saya didatangi orang asing yang mendesak ingin berkenalan. Bukanlah tipe saya, yang merasa senang karena tiba-tiba ada orang minta berkenalan, saya malah takut dan merasa terganggu. Saya lebih suka duduk diam mendengarkan musik atau mengamati suasana sekitar sambil menghabiskan segelas kopi atau teh, sendirian. Hening, dalam dunia saya sendiri, tanpa percakapan, tanpa pertanyaan dan jawaban.
Memang saya bukan isteri, pacar ataupun adik perempuan mereka. Tidakkah mereka berpikir kejadian yang menimpa saya (dan perempuan-perempuan lain) bisa saja terjadi kepada orang-orang terdekat mereka? Ah, kecil kemungkinannya untuk isteri, pacar atau adik perempuan mereka menumpang bis umum. Wajarlah, kalau mereka tidak mengerti bagaimana perasaan perempuan-perempuan yang harus berdesak-desakan di dalam kendaraan umum, yang kadang tanpa disadari ada tangan-tangan jahil (dan anggota-anggota tubuh lainnya) yang menggerayangi. Bahkan ketika bis itu kosong, tidakkah mengherankan mendapati seseorang memaksa duduk disebelahmu dan mengambil setengah jatah kursimu? Yah, mungkin tidak terpikir bagi mereka. Hanya cerita kosong, yang mungkin sengaja dibuat untuk menyatakan "Get me, grab me or yeah I'm sexy as hell, baby!"
Celana yang saya beli sama-sama pendeknya dengan yang dia beli. Wajarlah, kami bercelana pendek dan bertank-top di sini. Panas. Hari ini saja suhu udara di luar mencapai 38 derajat celcius. Itu sudah lebih baik, sebelum-sebelumnya sempat mencapai 45 derajat! Tidakkah aneh dan mengumbar aurat? Sepertinya tidak, sebagian besar kaum hawa di sini juga berkostum sama. Bagaimana dengan kaum adamnya? Kadang sebagian dari mereka harus bertelanjang dada, atau paling tidak menggulung kaos mereka sampai di atas perut. Sehingga wajar saja kalau tiba-tiba saya mengarahkan kamera saya ke arah perut mereka dan 'jepret'. Sama halnya kalau saya pria dengan kamera atau handphone berkamera, diam-diam saya mengikuti seorang perempuan bercelana cukup pendek, tunggu sampai dia menaiki eskalator atau tangga dan 'jepret'. Ingat, ini bukan untuk konsumsi pribadi, tapi request seseorang yang mungkin tidak punya adik perempuan.
Mungkin mereka berpikir ini salah saya (dan perempuan-perempuan lain) yang bercelana pendek dan tidak tahu diri. Sengaja memamerkan betis, paha dan bentuk selangkangan yang mungkin tidak bisa dibilang indah dan menawan. Hasilnya akan sama saja dengan terfoto atau tidak, ujung-ujungnya akan menjadi konsumsi publik juga. Iyakan? Tadinya saya berencana memakai kerudung dan menutupi semua anggota tubuh saya. Argh, tapi saya tidak mampu, salut untuk saudari-saudari yang bertekad untuk mengenakan hijab dalam kesehariannya. Salut. Kalau saya? Hua! Panasnya tidak tertahankan. Kalaupun saya memakai kerudung atau pakaian tertutup, saya yakin mereka juga akan berkomentar sinis "Sok seksi loe, apa juga yang mau loe tutupin? Berasa cantik dan badan loe bohay aja. Lihat tuh, lemak loe nyembul di mana-mana. Loe pikir kita bakal ngeliatin loe apa? Kalaupun elo berhotpants kita bakal jauh-jauh, merusak mata tau ga. Ga ada bagus-bagusnya untuk diliat!"
Maaf, sekali lagi saya membuat kalian pingin muntah dengan membaca curhatan saya ini. Entah, mereka akan dengan tidak sadar berkomentar lagi atau malah memilih diam dan berkomentar di belakang saya. Saya hanya berharap mereka menyadari kalau menjadi perempuan tidaklah mudah, selain kita harus memikirkan diri kita sendiri, kadang kita juga harus memikirkan pandangan orang-orang di sekitar, baik kaum prianya maupun sesama perempuan. Jadi, hargailah kami, teman atau saudara perempuan kalian dan biarkan kami menjadi diri kami sendiri. Tabik!
-> Yah, menjadi pria juga tidak mudah, bagaimana kami harus menahan diri untuk tidak berkomentar atau melihat 'sesuatu' yang tersedia gratis di depan kita? Mau pura-pura tidak lihat, kalian malah tersinggung, dipikirnya kami tidak menghargai dan menganggap kalian jelek. Mau terang-terangan dilihat, kalian menganggap kami melecehkan. Nah kan?
Mereka boleh menganggap diri mereka hebat dan menyombongkan diri mereka langsung di hadapan saya. Apakah saya tidak boleh berangan-angan menjadi seseorang yang hebat melalui cerita-cerita saya? Karena saya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan "Eh, menurut loe, Wang Lee Hom* sama gue gantengan mana? Kayanya gantengan gue ke mana-mana yah. Hahaha." Di dalam cerita inipun saya tidak pernah berangan-angan menjadi seperti Scarlett Johansson**, terus-terang saya malu, tidak berani dan hati kecil sayapun mengatakan "Bagaimana mungkin, kamu bermata sipit dan berambut hitam, lah jelas-jelas dia bule yang berambut pirang."
Menjadi salah saya (dan perempuan-perempuan lain) kalau tiba-tiba saya didatangi orang asing yang mendesak ingin berkenalan. Bukanlah tipe saya, yang merasa senang karena tiba-tiba ada orang minta berkenalan, saya malah takut dan merasa terganggu. Saya lebih suka duduk diam mendengarkan musik atau mengamati suasana sekitar sambil menghabiskan segelas kopi atau teh, sendirian. Hening, dalam dunia saya sendiri, tanpa percakapan, tanpa pertanyaan dan jawaban.
Memang saya bukan isteri, pacar ataupun adik perempuan mereka. Tidakkah mereka berpikir kejadian yang menimpa saya (dan perempuan-perempuan lain) bisa saja terjadi kepada orang-orang terdekat mereka? Ah, kecil kemungkinannya untuk isteri, pacar atau adik perempuan mereka menumpang bis umum. Wajarlah, kalau mereka tidak mengerti bagaimana perasaan perempuan-perempuan yang harus berdesak-desakan di dalam kendaraan umum, yang kadang tanpa disadari ada tangan-tangan jahil (dan anggota-anggota tubuh lainnya) yang menggerayangi. Bahkan ketika bis itu kosong, tidakkah mengherankan mendapati seseorang memaksa duduk disebelahmu dan mengambil setengah jatah kursimu? Yah, mungkin tidak terpikir bagi mereka. Hanya cerita kosong, yang mungkin sengaja dibuat untuk menyatakan "Get me, grab me or yeah I'm sexy as hell, baby!"
Celana yang saya beli sama-sama pendeknya dengan yang dia beli. Wajarlah, kami bercelana pendek dan bertank-top di sini. Panas. Hari ini saja suhu udara di luar mencapai 38 derajat celcius. Itu sudah lebih baik, sebelum-sebelumnya sempat mencapai 45 derajat! Tidakkah aneh dan mengumbar aurat? Sepertinya tidak, sebagian besar kaum hawa di sini juga berkostum sama. Bagaimana dengan kaum adamnya? Kadang sebagian dari mereka harus bertelanjang dada, atau paling tidak menggulung kaos mereka sampai di atas perut. Sehingga wajar saja kalau tiba-tiba saya mengarahkan kamera saya ke arah perut mereka dan 'jepret'. Sama halnya kalau saya pria dengan kamera atau handphone berkamera, diam-diam saya mengikuti seorang perempuan bercelana cukup pendek, tunggu sampai dia menaiki eskalator atau tangga dan 'jepret'. Ingat, ini bukan untuk konsumsi pribadi, tapi request seseorang yang mungkin tidak punya adik perempuan.
Mungkin mereka berpikir ini salah saya (dan perempuan-perempuan lain) yang bercelana pendek dan tidak tahu diri. Sengaja memamerkan betis, paha dan bentuk selangkangan yang mungkin tidak bisa dibilang indah dan menawan. Hasilnya akan sama saja dengan terfoto atau tidak, ujung-ujungnya akan menjadi konsumsi publik juga. Iyakan? Tadinya saya berencana memakai kerudung dan menutupi semua anggota tubuh saya. Argh, tapi saya tidak mampu, salut untuk saudari-saudari yang bertekad untuk mengenakan hijab dalam kesehariannya. Salut. Kalau saya? Hua! Panasnya tidak tertahankan. Kalaupun saya memakai kerudung atau pakaian tertutup, saya yakin mereka juga akan berkomentar sinis "Sok seksi loe, apa juga yang mau loe tutupin? Berasa cantik dan badan loe bohay aja. Lihat tuh, lemak loe nyembul di mana-mana. Loe pikir kita bakal ngeliatin loe apa? Kalaupun elo berhotpants kita bakal jauh-jauh, merusak mata tau ga. Ga ada bagus-bagusnya untuk diliat!"
Maaf, sekali lagi saya membuat kalian pingin muntah dengan membaca curhatan saya ini. Entah, mereka akan dengan tidak sadar berkomentar lagi atau malah memilih diam dan berkomentar di belakang saya. Saya hanya berharap mereka menyadari kalau menjadi perempuan tidaklah mudah, selain kita harus memikirkan diri kita sendiri, kadang kita juga harus memikirkan pandangan orang-orang di sekitar, baik kaum prianya maupun sesama perempuan. Jadi, hargailah kami, teman atau saudara perempuan kalian dan biarkan kami menjadi diri kami sendiri. Tabik!
-> Yah, menjadi pria juga tidak mudah, bagaimana kami harus menahan diri untuk tidak berkomentar atau melihat 'sesuatu' yang tersedia gratis di depan kita? Mau pura-pura tidak lihat, kalian malah tersinggung, dipikirnya kami tidak menghargai dan menganggap kalian jelek. Mau terang-terangan dilihat, kalian menganggap kami melecehkan. Nah kan?
**Scarlett Johansson
*Wang Lee Hom, model iklan air mineral Wahaha.