Sepertinya banyak postingan saya bertemakan pesta, kesannya saya party animal banget. Haha. Jangan dibayangkan pesta-pesta yang saya datangi seperti layaknya kisah-kisah selebriti (atau mungkin sebagian besar dari teman-teman pembaca), di club mewah, di pub atau lounge, atau bisa jadi di resto hotel berbintang. Pesta-pesta yang saya datangi biasanya diselenggarakan di kamar seorang teman, food court mall, kedai pinggir jalan, kalau mau mewah sedikit yah di cafe sederhana. Apapun bentuk pesta atau perayaan itu, seandainya saya yang kebetulan menjadi yang punya hajatan, saya berharap semua tamu saya enjoy, bisa menikmati keseluruhan acara, fun dan kenyang! Oiyah, pesta atau perayaan saya di sini sama dengan (=) kumpul dan makan bersama, sharing cerita (mentok-mentok gosiplah) dan kadang diselingi acara photo session :D
Dulu, saya sempat bingung untuk memutuskan siapa-siapa yang akan saya undang. Namun, akhirnya sang waktu yang mengajarkan saya siapa-siapa yang seharusnya diundang dan siapa-siapa yang 'dilewatkan'. Buat apa mengundang teman yang tidak niat datang dari awal, datang hanya sekedar mengkritik, dan malah membuat undangan lain tidak nyaman. Waktu telah mengajarkan saya tentang siapa-siapa yang sengaja berulah itu (tidak tahu berterima-kasih). Saya mengundang, karena saya menganggap dia 'penting', sebagai salah satu teman saya, dan saya ingin dia bersenang-senang. Namun, kriteria kesenangan teman saya ini agak-agak berbeda dengan orang kebanyakan. Yah, sebagai manusia biasa, kemampuan saya terbatas untuk menyenangkan hati semua undangan. Kalau ada satu-dua yang kecewa, mau bagaimana lagi. Masa saya harus memindahkan acara hanya gara-gara satu orang tidak suka dengan dekorasi ruangan. Dia baru datang, masuk, dan tiba-tiba nyeletuk "Norak banget sih hiasannya, kayak acara kawinan ajah!"
Kali ini saya yang menjadi pihak 'annoying' alias menyebalkan tersebut, seperti layaknya tamu yang tidak diharapkan kedatangannya. Apakah saya tamu yang tak diundang? Oh, tentu saja saya diundang. Saya datang pun tidak dengan keadaan terpaksa, dengan senang hati. Saya senang ada teman yang berulang-tahun. Saya datang dengan melenggang bahagia. Lalala. Oiyah, pada saat itu saya tidak membawa kado. Eits, bukan berarti saya pelit dan tidak tahu diri yah. Saya tidak tahu teman saya itu berulang-tahun, dia selalu merahasiakan tanggal lahirnya. Tiba-tiba saya diundang datang ke tempatnya untuk merayakan. Saya senang karena akhirnya dia tidak lagi merahasiakannya dan mau berbagi kebahagiaan di hari ulang tahunnya itu. Saya datang dan mengucapkan selamat, cipika-cipiki, dan saya langsung disuruh makan kue tart! Hah?! Sepertinya ada bagian yang terlewati. Apakah saya datang terlambat? Hem, saya datang 10 menit setelah dia menelpon. Apakah itu dihitung terlambat? Mungkin, karena sepertinya saya yang terakhir datang. "Kuenya dimakan aja Dev" si dia yang berulang-tahun menunjuk ke sebuah meja yang di atasnya terlihat sebuah kue ulang tahun yang sudah terpotong, tertinggal setengah bagian, dan di sebelahnya tampak satu potong kue di atas piring kertas. "Kalo kurang boleh tambah kok."
Saya bengong. Apa selama ini teman-teman saya menganggap saya sebagai orang yang suka sekali kue, cake eater maniac? Dikasih kue sayapun senang. Haha. "Loh, nyanyi-nyanyinya udah yah?" Selugu mungkin saya bertanya. "Ini udah selese kok acaranya." Jawab mereka.
Si Mama yang baik hati, yang selalu membesarkan hati saya beranggapan "Mungkin temen kamu ga enak, kalau seandainya cuma kamu yang ga diundang." Hahaha. Saya tertawa terbahak-bahak waktu itu. "Mama, itu sama aja ga enaknya. Diundang dengan terpaksa atau jelas-jelas ga diundang. Sama-sama menyedihkan." Mama sayapun punya pendapat lain yang ajaib "Mungkin dia mau kado dari kamu. Kado kamu kan biasanya lucu-lucu, mama aja seneng sama sendal yang kamu beliin kemaren." Ah, lagi-lagi si Mama bikin saya tersenyum.
Seorang sahabat pernah berkata "Mungkin kamu menganggap semua orang sahabat kamu, tapi apa kamu yakin semua orang itu menganggap kamu sebagai sahabatnya?" Yah, mungkin sang waktu belum banyak mengajarkan saya tentang sebagian orang itu. Saya hanya ingin dunia ini damai dengan semua penghuninya, semua orang adalah teman, tidak ada musuh di antara kita. Omong kosong! Eh, jangan salah. Apa yang membuat kamu (Devina) begitu 'hina' sehingga kamu dicap jadi teman yang menyebalkan seperti itu? Ngaca Dev! Siapa yang menabur, dia yang akan menuai. Jadi, saya yang salah yah teman-teman? Maafkan saya yah, telah membuat kalian bingung dengan keputusan harus mengundang saya atau tidak. Nah kan, ternyata sang waktu tidak mengajarkan saya apa-apa (atau mungkin sayanya saja yang terlalu lemot, bebal, susah untuk diajarkan). Kalau nanti saya berpesta, kemungkinan besar saya akan mengundang semua. Saya takut karma akan berulang lagi :)
Idealis mampus loe Dev!
Dulu, saya sempat bingung untuk memutuskan siapa-siapa yang akan saya undang. Namun, akhirnya sang waktu yang mengajarkan saya siapa-siapa yang seharusnya diundang dan siapa-siapa yang 'dilewatkan'. Buat apa mengundang teman yang tidak niat datang dari awal, datang hanya sekedar mengkritik, dan malah membuat undangan lain tidak nyaman. Waktu telah mengajarkan saya tentang siapa-siapa yang sengaja berulah itu (tidak tahu berterima-kasih). Saya mengundang, karena saya menganggap dia 'penting', sebagai salah satu teman saya, dan saya ingin dia bersenang-senang. Namun, kriteria kesenangan teman saya ini agak-agak berbeda dengan orang kebanyakan. Yah, sebagai manusia biasa, kemampuan saya terbatas untuk menyenangkan hati semua undangan. Kalau ada satu-dua yang kecewa, mau bagaimana lagi. Masa saya harus memindahkan acara hanya gara-gara satu orang tidak suka dengan dekorasi ruangan. Dia baru datang, masuk, dan tiba-tiba nyeletuk "Norak banget sih hiasannya, kayak acara kawinan ajah!"
Kali ini saya yang menjadi pihak 'annoying' alias menyebalkan tersebut, seperti layaknya tamu yang tidak diharapkan kedatangannya. Apakah saya tamu yang tak diundang? Oh, tentu saja saya diundang. Saya datang pun tidak dengan keadaan terpaksa, dengan senang hati. Saya senang ada teman yang berulang-tahun. Saya datang dengan melenggang bahagia. Lalala. Oiyah, pada saat itu saya tidak membawa kado. Eits, bukan berarti saya pelit dan tidak tahu diri yah. Saya tidak tahu teman saya itu berulang-tahun, dia selalu merahasiakan tanggal lahirnya. Tiba-tiba saya diundang datang ke tempatnya untuk merayakan. Saya senang karena akhirnya dia tidak lagi merahasiakannya dan mau berbagi kebahagiaan di hari ulang tahunnya itu. Saya datang dan mengucapkan selamat, cipika-cipiki, dan saya langsung disuruh makan kue tart! Hah?! Sepertinya ada bagian yang terlewati. Apakah saya datang terlambat? Hem, saya datang 10 menit setelah dia menelpon. Apakah itu dihitung terlambat? Mungkin, karena sepertinya saya yang terakhir datang. "Kuenya dimakan aja Dev" si dia yang berulang-tahun menunjuk ke sebuah meja yang di atasnya terlihat sebuah kue ulang tahun yang sudah terpotong, tertinggal setengah bagian, dan di sebelahnya tampak satu potong kue di atas piring kertas. "Kalo kurang boleh tambah kok."
Saya bengong. Apa selama ini teman-teman saya menganggap saya sebagai orang yang suka sekali kue, cake eater maniac? Dikasih kue sayapun senang. Haha. "Loh, nyanyi-nyanyinya udah yah?" Selugu mungkin saya bertanya. "Ini udah selese kok acaranya." Jawab mereka.
Si Mama yang baik hati, yang selalu membesarkan hati saya beranggapan "Mungkin temen kamu ga enak, kalau seandainya cuma kamu yang ga diundang." Hahaha. Saya tertawa terbahak-bahak waktu itu. "Mama, itu sama aja ga enaknya. Diundang dengan terpaksa atau jelas-jelas ga diundang. Sama-sama menyedihkan." Mama sayapun punya pendapat lain yang ajaib "Mungkin dia mau kado dari kamu. Kado kamu kan biasanya lucu-lucu, mama aja seneng sama sendal yang kamu beliin kemaren." Ah, lagi-lagi si Mama bikin saya tersenyum.
Seorang sahabat pernah berkata "Mungkin kamu menganggap semua orang sahabat kamu, tapi apa kamu yakin semua orang itu menganggap kamu sebagai sahabatnya?" Yah, mungkin sang waktu belum banyak mengajarkan saya tentang sebagian orang itu. Saya hanya ingin dunia ini damai dengan semua penghuninya, semua orang adalah teman, tidak ada musuh di antara kita. Omong kosong! Eh, jangan salah. Apa yang membuat kamu (Devina) begitu 'hina' sehingga kamu dicap jadi teman yang menyebalkan seperti itu? Ngaca Dev! Siapa yang menabur, dia yang akan menuai. Jadi, saya yang salah yah teman-teman? Maafkan saya yah, telah membuat kalian bingung dengan keputusan harus mengundang saya atau tidak. Nah kan, ternyata sang waktu tidak mengajarkan saya apa-apa (atau mungkin sayanya saja yang terlalu lemot, bebal, susah untuk diajarkan). Kalau nanti saya berpesta, kemungkinan besar saya akan mengundang semua. Saya takut karma akan berulang lagi :)
Idealis mampus loe Dev!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar