Ga suka diprotes yah? Ga suka dikritik yah? Pengecut. Narcissistic. Selalu menilai diri-sendiri terlalu rendah. Eh, kebalik yah? Hahaha. Hem, topik serius ini :p
Saya suka jalan-jalan, saya suka foto-foto. Apapun objek/ subjeknya, apapun sarana dan prasarananya. Hasilnya? Sebagian besar sih hanya dijadikan ‘jurnal’ untuk diri-sendiri. Oh, strata saya dalam dunia perfotoan jauh dari kata ‘profesional’ dan canggih. Saya juga berusaha untuk tidak mengaku-aku sebagai ‘fotografer’. Saya hanya suka foto, memfoto, untung-untung yah difoto. Kalau ada yang mau motoin. Hahaha.
Saya suka yang indah-indah. Wanita, pria, kucing ataupun anjing. Sesuatu yang indah haruskah cantik dan rupawan? Bagi saya belum tentu ;)
Engkoh-engkoh topless dengan perutnya yang bulat. Hem. Lucu. Hahaha. Bukan, bukan maksud saya menghina. Menurut saya itu ‘indah’, natural, apa adanya.
Please, untuk ‘dia’ siapapun itu. Entah ‘dia’ baca atau engga. Saya ga pernah ngaku-ngaku sebagai fotografer, dan saya tidak ahli. Kemampuan saya hanya rata-rata, skill adik saya saja masih jauh di atas saya. Seingat saya, saya tidak pernah mengkritik fotonya. Atau jangan-jangan, tanpa sengaja seorang sahabat bercerita padanya “Devina tuh ga suka hasil foto loe. Foto loe ga bagus, foto-foto yang loe ambil anglenya aneh, dan selalu aja pas dia lagi mangap.” Yah, apa boleh dikata Dev, pada dasarnya bentuk loe juga ga bagus-bagus amat kok. Hahaha.
Ketawa mulu loe, Dev. Mabok yah? Eh, engga kok. Puyeng iyah, masuk angin kayanya. Kebanyakan mangap yah? :D
Saya suka jalan-jalan, saya suka foto-foto. Apapun objek/ subjeknya, apapun sarana dan prasarananya. Hasilnya? Sebagian besar sih hanya dijadikan ‘jurnal’ untuk diri-sendiri. Oh, strata saya dalam dunia perfotoan jauh dari kata ‘profesional’ dan canggih. Saya juga berusaha untuk tidak mengaku-aku sebagai ‘fotografer’. Saya hanya suka foto, memfoto, untung-untung yah difoto. Kalau ada yang mau motoin. Hahaha.
Saya suka yang indah-indah. Wanita, pria, kucing ataupun anjing. Sesuatu yang indah haruskah cantik dan rupawan? Bagi saya belum tentu ;)
Engkoh-engkoh topless dengan perutnya yang bulat. Hem. Lucu. Hahaha. Bukan, bukan maksud saya menghina. Menurut saya itu ‘indah’, natural, apa adanya.
Please, untuk ‘dia’ siapapun itu. Entah ‘dia’ baca atau engga. Saya ga pernah ngaku-ngaku sebagai fotografer, dan saya tidak ahli. Kemampuan saya hanya rata-rata, skill adik saya saja masih jauh di atas saya. Seingat saya, saya tidak pernah mengkritik fotonya. Atau jangan-jangan, tanpa sengaja seorang sahabat bercerita padanya “Devina tuh ga suka hasil foto loe. Foto loe ga bagus, foto-foto yang loe ambil anglenya aneh, dan selalu aja pas dia lagi mangap.” Yah, apa boleh dikata Dev, pada dasarnya bentuk loe juga ga bagus-bagus amat kok. Hahaha.
Ketawa mulu loe, Dev. Mabok yah? Eh, engga kok. Puyeng iyah, masuk angin kayanya. Kebanyakan mangap yah? :D
Selingan
Momz: De.. Phi.. Na lagi apa? (Hem, belakangan ini saya menyadari, semakin umur saya bertambah (Ga berani bilang dewasa, karena dewasa itu relatif. Ga berani bilang tua, karena tua juga relatif, buat saya :D) sapaan dan panggilan ‘sayang’ Momz untuk saya semakin beragam, salah-satunya yah mengeja nama saya secara lambat-lambat tadi.
Saya: Lagi makan Mam.
Momz: Ah?! Kamu lagi makan?!
Saya: Iyah Mam, emangnya kenapa Mam?
Momz: Tumben kamu makan, setau Mama kamu ga pernah makan.
Yah ampun Mama! Dia yang melahirkan dan membesarkan saya, masa sampai sekarang Momz ga tau kalau saya, anaknya ini, adalah manusia normal yang butuh makan untuk hidup! :D
Momz: Kasian anakku, di sana panas banget yah? (Tuh kan, perasaan dulu jarang banget Momz menyebut saya sebagai anaknya. Hahaha).
Saya: Yah, udah lumayan lah Mam, tiga puluh derajatan.
Momz: Tumben kamu ga berenang. Biasa berenang terus tiap hari.
Saya: Belom sempet Mam.
Momz: Yah, kapan kamu ninggiinnya kalo gituh.
Momz, anakmu ini sudah bukan ABG yang masih dalam masa pertumbuhan! Ck, ck, ck. Kira-kira berapa yah usia saya dalam benak si Mama?
Momz: De.. Phi.. Na lagi apa? (Hem, belakangan ini saya menyadari, semakin umur saya bertambah (Ga berani bilang dewasa, karena dewasa itu relatif. Ga berani bilang tua, karena tua juga relatif, buat saya :D) sapaan dan panggilan ‘sayang’ Momz untuk saya semakin beragam, salah-satunya yah mengeja nama saya secara lambat-lambat tadi.
Saya: Lagi makan Mam.
Momz: Ah?! Kamu lagi makan?!
Saya: Iyah Mam, emangnya kenapa Mam?
Momz: Tumben kamu makan, setau Mama kamu ga pernah makan.
Yah ampun Mama! Dia yang melahirkan dan membesarkan saya, masa sampai sekarang Momz ga tau kalau saya, anaknya ini, adalah manusia normal yang butuh makan untuk hidup! :D
Momz: Kasian anakku, di sana panas banget yah? (Tuh kan, perasaan dulu jarang banget Momz menyebut saya sebagai anaknya. Hahaha).
Saya: Yah, udah lumayan lah Mam, tiga puluh derajatan.
Momz: Tumben kamu ga berenang. Biasa berenang terus tiap hari.
Saya: Belom sempet Mam.
Momz: Yah, kapan kamu ninggiinnya kalo gituh.
Momz, anakmu ini sudah bukan ABG yang masih dalam masa pertumbuhan! Ck, ck, ck. Kira-kira berapa yah usia saya dalam benak si Mama?
Devina.
BalasHapusGw mau kritik loe.
....
....
....
SAPINYAA LUCCUUUUUUU!
Huahuahuahua.
Err, yah, I'm in a bit of a rut. Gw dikritik oleh seorang senior untuk "belajar mengkritik". Dan setelah itu, disuruh untuk "belajar mengkritik yang PINTAR". Terus gw dikritik lagi (beda lagi orangnya) "Jadi cewek, jangan terlalu banyak pendapat. Nanti peminat kabur."
Yah, dunia, dunia, gak pernah puas...
Hahahaha.
Btw, selamat!!! Tanggal 10 sudah ya! Wah tahu gt ucapan good luck gw datang terlambat! Gimana perasaannya Deph pada saat sidang kmrn itu? Uh. But I guess it went well! Yay.
Kapan pulang??
Hahaha. Aisa2, kalo mao ngritik silahkan :) Itu hadiah birthday, Sa. Mengkritik dan dikritik itu perlu. Mengkritiklah seperlunya dan jangan asal ngomong (liat kenyataan dan kondisi diri)-> ini berlaku untuk gue seh Sa :)
BalasHapusTerima kasih Aisa, iyah thank's GOD, pertanyaan2 nya emang yang udah gue perkirakan :)