Sabtu pagi, dalam rangka long weekend, saya menyempatkan diri untuk ‘berkunjung’ ke mall wah di dekat rumah. Saya sengaja datang bertepatan dengan jam buka mall, jam sepuluh pagi lewat sedikit lah. Pada jam segitu pun pengunjung mall sudah mulai ramai. Saya langsung menuju ke gerai ATM. Yups, tujuan saya ke mall memang bukan untuk window shopping, sekedar jalan-jalan menghabiskan waktu liburan, apalagi temu kangen dengan teman-teman. Dari empat hari libur long weekend, tanggal 5 sampai 8 Mei 2016 hari Kamis sampai Minggu, saya hanya ‘kebagian’ hari Sabtunya saja, sisanya yah saya (ada jadwal) jaga, entah pagi atau malam. Jadinya, saya memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya. Tujuan saya pertama adalah ke gerai ATM, untuk bayar biaya pemeliharaan lingkungan komplek rumah, top up kartu Flazz, mengganti nomor PIN kartu ATM yang baru dibuatkan kantor dan transfer uang untuk ‘barang dagangan’. Untungnya gerai ATM di mall tersebut masih sepi, saya hanya bertemu satu mbak cleaning service yang sedang menyapu sambil berkaca di dinding cermin gerai.
Setelah selesai urusan pencet-memencet tombol, saya segera bergegas ke lantai atas untuk menukarkan botol-botol bekas ‘kosmetik’. Cih, jangan dibayangkan serangkaian botol produk kecantikan dari pembersih wajah, pelembab, alas bedak dan sebagainya. Nope. Saya hanya membawa 3 botol, salah satunya tempat bedak sih. Kenapa saya niat banget ke mall untuk menukarkan botol-botol bekas tersebut? Kebetulan toko tempat saya membeli produk kecantikan tersebut sedang ada promo, menukarkan botol bekas produk mereka dan mendapatkan diskon 50% (untuk produk-produk tertentu). Jikalaupun (bahasa apa ini?) Anda tidak berniat menggunakan promo tersebut, botol-botol tersebut masih bernilai 1 poin per satu botol, yang nantinya diakumulasi di akhir tahun dan bisa ditukarkan dengan berbagai merchandise lucu. Saya lebih memilih pilihan yang kedua, karena biasanya merchandise nya memang cantik, seperti diary dengan design yang fresh atau tote bag untuk tas belanja dengan design unik.
Bergegaslah saya ke lantai atas, terlihatlah dua SPG perempuan, satu sedang serius mengepel dan satu bertugas menyapa sekaligus melayani customer yang datang. Sebelum saya, ternyata sudah ada satu ibu dengan anak perempuannya, yang mungkin berusia 10 tahunan, sedang asyik memilih-milih produk diskon yang terpajang di display di tengah toko. Begitu saya masuk, segera Mbak yang bertugas menyapa datang menghampiri saya. “Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?” Begitu sapanya, tanpa senyum, tanpa emosi, tanpa intonasi seperti robot yang mengucapkan kalimat yang berulang. “Terima kasih, saya lihat-lihat dulu.” Saya menjawab dengan senyum dan melihat-lihat.
Jam berapa ini? Sepertinya baru setengah jam berlalu setelah mall buka, masa sih si Mbak sudah lelah? Ah, mungkin dia bukan tipe morning person, yang kalau pagi-pagi bawaannya selalu jutek. Atau mungkin dia belum sempat ngopi atau sarapan pagi. Bisa jadi si Mbak sudah datang sejak Subuh untuk mengatur dan membersihkan toko atau menghitung stok semalaman. Oh, atau si Mbak lagi ‘dapet’ hari pertama, jadi wajar kalau dia menahan nyeri perutnya. Banyak kemungkinan yang membuat si Mbak menjadi lemah, letih, lesu, tidak bersemangat, bermuka masam (walaupun full make up) di pagi hari itu.
Oiyah, apa si Mbak terlihat pucat? Ah, saya lupa mengeceknya, tapi tidak sopan sepertinya kalau tiba-tiba saya ‘mendelikkan’ kelopak matanya untuk melihatnya. Namun, sepertinya si Mbak memang agak pucat di balik dempulan bedaknya. Tapi bisa jadi karena dia memilih rona bedak yang agak putih dari warna kulitnya, sehingga menimbulkan kesan pucat, ditambah pilihan eyeshadow berwarna biru muda. Kenapa saya bisa tahu? Selama saya memilih-milih produk, si Mbak tetap mengikuti saya dan beberapa kali saya menangkap dari sudut mata (saya lirik-lirik gituh) kalau si Mbak meperbaiki riasan wajahnya, entah bulu mata, rambut atau sekedar bercermin di dinding toko yang memang hampir semuanya dilapisi cermin.
‘Discount 50%’ saya meilhat banner merah di depan produk handcream lucu, bertanyalah saya “Mbak, handcream nya masuk ke promo penukaran botol yah?” Dengan antusias saya bertanya. “Iya Mbak, tapi untuk pembelian 3 botol.” Jawab si Mbak singkat, lagi tanpa senyum, tanpa intonasi. “Waduh, untuk apa juga yah Mbak beli 3 botol, mau dijual lagi apa iya..” Jawab saya berusaha melucu, maksud hati membantu si Mbak meringankan suasana hatinya. Saya ambil salah satu botol handcream nya, ternyata tanggal expired nya tidak lebih dari satu tahun. Kalaupun saya beli tiga botol sekaligus kapan habisnya yah, setahu saya tangan saya cuma sepasang, alias dua, kiri dan kanan. Sayapun bukan tipe orang yang rajin memakai lotion-lotion atau krim-kriman. Saya sekedar suka bentuk dan warna-warni tube nya.
“Kalau ini apa Mbak?” Saya ambil sebuah botol sprayer orange langsing dari display. “Spray untuk menyegarkan wajah.” Again, singkat, padat dan jelas. Saya bisa baca sih tulisan di botolnya ‘face spray freshener’. “Jadi dipakenya sesudah pake bedak atau sebelumnya Mbak?” Tanya saya penasaran. “Bisa dua-duanya, sebelum bisa, sesudahnya juga bisa.” Sebenarnya saya masih penasaran, maklum saya kurang mengerti fungsi dari produk-produk kecantikan. Kalau seandainya dipakai sesudah pakai bedak dan produk kosmetik lainya, bukannya nanti luntur yah?
Berjalanlah saya menuju counter cashier, karena saya sudah mendapatkan produk yang saya mau (mungkin si Mbak sudah bisa bernafas lega). Eh, tiba-tiba saya teringat sesuatu, berhentilah saya di tengah-tengah, Mbak di belakang sayapun ikut mengerem ‘ckiettt’ (lebay deh..). “Mbak, kalo deodorant yang spray ada ga Mbak, yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak meninggalkan bekas di baju?” Tanya saya sambil menoleh ke si Mbak di belakang. “Ga ada Mbak, tapi adanya ini..” Diambilkannya satu botol hitam dari rak display yang memang tepat di sampingnya. “Ini Mbak, tapi buat cowok. Enak kok baunya, saya juga suka.” Wew, tumben si Mbak memberikan rekomendasi dan menjelaskan dengan sedikit emosi. “Coba deh Mbak..” Wow, kemajuan si Mbak melanjutkan kalimatnya. Crot.. Saya semprotkan di pergelangan tangan, bingung juga sebenarnya di bagian mana saya harus mencoba deodorant spray cair, masa langsung di ketek. Yah, saya anggap deodorant sejenis parfumlah, karena yang mau dirasakan di sini adalah aromanya.
Sambil menggosok-gosokkan pergelangan tangan, saya berjalan ke cashier, kali ini tanpa berhenti. Saya serahkan member card, sambil mencium-cium pergelangan tangan saya. “Waduh, saya jadi bau cowo!” Lucu juga ekspresi si Mbak ketika mendengar komentar saya, dia terkejut dan setelahnya muncullah ekspresi ‘aneh banget sih nih orang, udah dikasih tau juga tadi kalo untuk cowo..’
Oiyah, saya bukan tipe customer yang nanya-nanya tapi tidak jadi beli yah (kadang begitu juga sih), saya beli beberapa barang kebutuhan saya kok, dan bukan produk diskon yah. Kalau tipe pelanggan yang bawel, bisa jadi sih. Pagi-pagi sudah tanya ini-itu ke Mbak SPG nya, tapi pertanyaan saya wajar kok, karena saya penasaran dengan produknya. Kan lumayan kalau saya tertarik untuk beli. Dari awal masuk sampai saya selesai transaksi, si Mbaknya tidak pernah senyum loh. Tidak salah sih, karena si Mbak tetap melayani saya dengan standard prosedur yang benar, tapi rasanya ‘asem’, ‘kecut’, membuat pagi sedikit lebih suram. Rasanya sayang, sudah dandan cantik-cantik tapi kok tidak senyum dan tidak bersemangat. Mungkin ini efek yang saya bawa dari bekerja di perusahaan yang mengedepankan semboyan 5 S: senyum, salam, sapa, sopan, santun dan satu lagi Semangat Pagi!
Semoga setelah saya keluar dari toko itu, si Mbak bisa tersenyum (dan bernafas lega) 'akhirnya pelanggan annoying yang bawel luar biasa pergi juga, untung dia belanja..' Semoga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar