Rabu, 18 Mei 2011

Na.. Na.. Na..

Ga suka diprotes yah? Ga suka dikritik yah? Pengecut. Narcissistic. Selalu menilai diri-sendiri terlalu rendah. Eh, kebalik yah? Hahaha. Hem, topik serius ini :p

Saya suka jalan-jalan, saya suka foto-foto. Apapun objek/ subjeknya, apapun sarana dan prasarananya. Hasilnya? Sebagian besar sih hanya dijadikan ‘jurnal’ untuk diri-sendiri. Oh, strata saya dalam dunia perfotoan jauh dari kata ‘profesional’ dan canggih. Saya juga berusaha untuk tidak mengaku-aku sebagai ‘fotografer’. Saya hanya suka foto, memfoto, untung-untung yah difoto. Kalau ada yang mau motoin. Hahaha.

Saya suka yang indah-indah. Wanita, pria, kucing ataupun anjing. Sesuatu yang indah haruskah cantik dan rupawan? Bagi saya belum tentu ;)

Engkoh-engkoh topless dengan perutnya yang bulat. Hem. Lucu. Hahaha. Bukan, bukan maksud saya menghina. Menurut saya itu ‘indah’, natural, apa adanya.

Please, untuk ‘dia’ siapapun itu. Entah ‘dia’ baca atau engga. Saya ga pernah ngaku-ngaku sebagai fotografer, dan saya tidak ahli. Kemampuan saya hanya rata-rata, skill adik saya saja masih jauh di atas saya. Seingat saya, saya tidak pernah mengkritik fotonya. Atau jangan-jangan, tanpa sengaja seorang sahabat bercerita padanya “Devina tuh ga suka hasil foto loe. Foto loe ga bagus, foto-foto yang loe ambil anglenya aneh, dan selalu aja pas dia lagi mangap.” Yah, apa boleh dikata Dev, pada dasarnya bentuk loe juga ga bagus-bagus amat kok. Hahaha.

Ketawa mulu loe, Dev. Mabok yah? Eh, engga kok. Puyeng iyah, masuk angin kayanya. Kebanyakan mangap yah? :D


Selingan

Momz: De.. Phi.. Na lagi apa? (Hem, belakangan ini saya menyadari, semakin umur saya bertambah (Ga berani bilang dewasa, karena dewasa itu relatif. Ga berani bilang tua, karena tua juga relatif, buat saya :D) sapaan dan panggilan ‘sayang’ Momz untuk saya semakin beragam, salah-satunya yah mengeja nama saya secara lambat-lambat tadi.
Saya: Lagi makan Mam.
Momz: Ah?! Kamu lagi makan?!
Saya: Iyah Mam, emangnya kenapa Mam?
Momz: Tumben kamu makan, setau Mama kamu ga pernah makan.

Yah ampun Mama! Dia yang melahirkan dan membesarkan saya, masa sampai sekarang Momz ga tau kalau saya, anaknya ini, adalah manusia normal yang butuh makan untuk hidup! :D

Momz: Kasian anakku, di sana panas banget yah? (Tuh kan, perasaan dulu jarang banget Momz menyebut saya sebagai anaknya. Hahaha).
Saya: Yah, udah lumayan lah Mam, tiga puluh derajatan.
Momz: Tumben kamu ga berenang. Biasa berenang terus tiap hari.
Saya: Belom sempet Mam.
Momz: Yah, kapan kamu ninggiinnya kalo gituh.

Momz, anakmu ini sudah bukan ABG yang masih dalam masa pertumbuhan! Ck, ck, ck. Kira-kira berapa yah usia saya dalam benak si Mama?

Senin, 02 Mei 2011

Ini Inu


Masih tentang si Inu, dari cerita sebelumnya. Mungkin si Mama sendiri sudah lupa tentang kejadian itu, tapi entah mengapa si Inu terus beredar di benak saya. Dulu, dulu sekali ketika saya masih SMP, beberapa orang teman pernah berkomentar tentang 'kesombongan' si Inu. Seingat saya, Inu baru pindah ke SMP yang sama dengan saya pada tahun ke 2, kepindahannya sempat menjadi 'buah bibir' di sekolah. Sayapun penasaran dengan si 'anak baru' ini, berniat kenalan langsung, yah paling tidak saya tahu 'bentuk' nya seperti apa. Tanpa malu-malu kucing, sayapun mendatangi teman saya yang kebetulan sekelas dengan dia. Nah, dari teman saya inilah, saya tahu kalau Inu tipikal anak yang 'sombong'.

"Iyah Na, belom apa-apa udah cerita kalo sodara-sodaranya tinggal di luar
negeri." Begitu cerita teman saya.
"Terus katanya, tas yang dia pake sekarang oleh-oleh dari Tantenya yang tinggal di Amerika."
"Elo yakin mau kenalan sama dia Na?" Teman saya menatap aneh.
"Haruslah Ta, gue kan anak gaul. Gue harus kenal semua orang di sekolah ini, Ta. Hahaha." Geli sendiri saya mengakuinya :D

Tapi sayangnya sampai beberapa bulan kemudian saya tidak pernah bisa bertemu langsung dengan Inu, paling-paling saya melihatnya sekilas. Sayapun akhirnya lupa dengan niatan saya berkenalan langsung, dan Inu pun sudah bukan lagi 'anak baru' di sekolah saya.

"Ta, gue mau nagih uang APP* kelas loe nih. Berapa?" Yup, Tata memang bendahara kelas dan saya, bisa ditebak, di jaman itu sayalah 'debt collector' nya. Hahaha. Bukanlah, kebetulan waktu SMP saya menjabat sebagai bendahara OSIS :) Ketika saya sedang menunggu Tata di depan pintu kelasnya (waktu istirahat pertama), tiba-tiba tuing-tuing-tuing si Inu melintas di depan saya, entah dari mana.

"Hai, Inu yah?" Sayapun mengulurkan tangan, bersiap-siap mejabat tanganya(resmi bener Dev).
"Iyah, Devina kan?" Si Inupun menjabat tangan saya, dan anehnya dia tahu saya!
"Kok tahu?"
"Mamaku itu temen SMA mama kamu Dev, terus Rudi itu sepupuku." Malu-malu si Inu menjelaskan (bukan imajinasi gue yah, Inu emang ngomongnya sambil nunduk-nunduk gituh, suaranya pelan banget. Terus berhubung dia putih, mukanya bener-bener keliatan bersemu merah gituh, wuih).
"Terus kok bisa tahu aku?"
"Mamaku sama mamanya Rudi suka cerita tentang kamu."
"Oh.."
"Nih, sepuluh rebu lima ratus!" Tiba-tiba Tata menyodorkan 'segepok' uang dan selembar kertas. Sayapun segera menuliskannya di buku bendahara dan menanda-tangani kertas yang disodorkan Tata.
"Makasih Ta.." Dan Inu pun menghilang, maksudnya dari hadapan saya, masuk ke kelas dan sibuk ngobrol dengan teman-temannya.

Rudi itu siapa sih? Saya kenal dia sejak SD, mamanya adalah teman SD-SMP-SMA mama saya. Walaupun kita bukan teman dekat, tapi lingkungan rumah dan sekolah kita sama, yah mau ga mau sama-sama tahulah. Kok saya bisa tidak tahu tentang keberadaan Inu? Setelah saya tanya-tanya ke Mama, ternyata Inu adalah anak dari kakak mamanya Rudi, dan tinggalnya di Depok, bukan di Pasar Minggu (daerah rumah dan sekolah saya).

Apakah sejak perkenalan itu, saya dan Inu menjadi teman baik? Ehem, sayangnya engga. Seingat saya sejak saat itu saya tidak pernah lagi ngobrol sama Inu, paling-paling sekedar menyapa dan itu jarang, dan sayapun tidak pernah sekelas dengan Inu. Kenapa sih tiba-tiba saya bercerita tentang kisah 'ini'? Yah, karena tiba-tiba teringat saja, sekalian mengingat-ingat apakah saya pernah berbuat 'dosa' sama Inu, sampai-sampai Inu berani memastikan masa depan saya (dengan suramnya). Hahaha. Eits, ini bukan cerita saya kesemsem sama Inu yah, lagian saya masih 'normal', saya masih menyukai 'pria-pria cantik'. Huahaha. Bagaimana dengan Inu, 'normalkah' dia? Sepertinya 'normal', setahu saya kekasih Inu berjenis kelamin pria. Yakin Dev? Emang kamu pernah ngecek? Hem, ga beranilah. Bisa-bisa 'masa depan saya yang suram' berubah menjadi sesuatu yang lebih 'buram' dengan embel-embel perawan tua di belakangnya (Hua! Amit-amit jabang bayi, ketok-ketok meja tiga kali!). Seandainya 'Inu' membaca cerita ini, Devina cuma bercanda kok :D

*Aksi Puasa Pembangunan
**Inu itu perempuan, dan seperti biasa Rudi itu bukan nama sebenarnya :)

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)