Sabtu, 09 Desember 2017

Reminiscent of Winter

Efek 'nganggur', jadi baper. Hahaha. Setelah kemarin-kemarin berkutat dengan coworkers yang agak sedikit ajaib. Beberapa hari ini saya agak santai, efeknya jadi lebih banyak berkhayal dan mengenang masa-masa yang sudah terlewat. Ditambah lagi dengan lagu-lagu Natal yang berkumandang 24 jam dari Youtube, radio, smartphone dan bahkan mulut saya sendiri. Jadilah saya membuka-buka kembali beberapa foto yang kebetulan ada dan tersimpan di laptop. Saya fokus di bulan Nopember-Desember-Januari, karena saya rindu suasana musim dingin yang tidak mungkin saya rasakan di tempat saya berada sekarang. Dari udara dingin yang menusuk, pagi yang gelap, malam yang datang cepat, uap makanan hangat di pinggir jalan, lampu-lampu Natal di pinggir jalan, suasana yang hening, restoran dan mall yang hangat, pakaian berlapis-lapis, syal, sarung tangan, overcoat, dan masih banyak lagi. Saya coba 'menampilkan' beberapa foto, kali ini dari hape jadul saya Sony Ericsson C902 (tapi dulu, pada jamannya, kamera hape ini luar biasa loh, bisa dicek http://tekno.kompas.com/read/2008/08/29/11342812/sony.ericsson.c902.berkamera.paten ).

Chongqing
Dimulai dari foto ultah saya yang kesekian, tapi ini yang pertama kalinya saya rayakan di Chongqing. Tertanggal 16 Desember 2008. Sekarang tahun berapa yah? 2017-2008= 9 tahun berlalu?! Wow! Di foto ini (dari kiri ke kanan) ada Lilyawati (Ulil), Siska (Ciap), Saya (yang berdiri), Yvonne dan Ci Nanik. Semuanya adalah teman-teman dan senior saya selama pendidikan di Chongqing Medical University. Lokasi (setelah mencari-cari clue dari beberapa foto): C.straits Cafe (西岸咖啡 https://www.tripadvisor.co.uk/Restaurant_Review-g294213-d4693324-Reviews-C_straits_Cafe_XiangGang_Cheng-Chongqing.html ).
Setelah selesai makan malam, kita jalan-jalan ke sekeliling mall dan menemukan pohon Natal di tengah hall di luar. Untuk teman-teman seperjuangan, setengah mati loh saya mengingat-ingat mall ini letaknya di mananya apartment kita yah? Perasaan dulu saya sering sekali ke mall ini. Masih di tanggal yang sama, lokasi Paradise Walk (西城天街龙湖重庆杨家坪)

Suasana Natal di Desibao Cafe (德斯堡咖啡) masih di seputaran Yang Jia Ping. Kafe bernuansa Jerman. Tertanggal 5 Desember 2010 yang sepertinya hari Minggu, saya bersama Ci Nanik dan Yvonne, kemungkinan sehabis pulang gereja kami memutuskan untuk mencoba resto baru ini. 

Oiyah, perayaan Natal di Chongqing (China) agak berbeda dengan yang kita rayakan di Indonesia pada umumnya. Berhubung sebagian besar masyarakat di sana tidak menganut suatu agama, mereka menjadi Natal sebagai hari 'perayaan' untuk sekedar berkumpul di suatu tempat. Di kedua foto terakhir, bisa dilihat orang-orang berkumpul di lapangan terbuka di Jie Fang Bei (Monument of Liberation) sekedar untuk berdiri-diri, foto-foto atau sambil berjalan santai. Agak aneh sebenarnya, di malam yang dingin, untuk foto di atas sepertinya sekitar pukul 9 atau 10 malam. Ketika saya dan teman-teman selesai Misa Malam Natal, keluar dari gereja, yang memang jaraknya agak dekat dengan monumen ini, sepanjang jalan sudah penuh manusia. Beberapa orang memakai atribut topi Santa, bando kelap-kelip atau topi rusa. 

Ketika saya menuliskan ini, ternyata hujan turun di Makassar sejak sore tadi, ditambah petir yang menyambar. Lumayan lah yah, jadi agak sejuk sedikit. Next time saya cerita lagi dari foto-foto lain di hape dan kamera saya. Semoga man-teman bisa menikmati cerita foto saya ini :-)


                   

Sabtu, 18 November 2017

Rumah Kontrakan Baru

Hai kamu yang di sana, ‘mantan’ saya yang sebentar lagi ultah. Bukan, bukan kamu. Hehehe

How’s life so far? We’ve been missing you here. Sepi sekarang di sini. Jarang ada kegiatan karena kurang personilnya. Terakhir sih Pak Haji Yahya bagi-bagi ‘bingkisan’ berisi gado-gado porsi kuli, yang menurut Irma bisa dimakan 3 kali, jadi bisa untuk makan seharian: sarapan, makan siang dan sekaligus malam. Kalau menurut Ibu Retno cuma porsi 1,5-2 kali makan. Itupun beliau jadikan sarapan yang habis beliau makan di mobil. 

Selama kurang lebih tiga setengah bulan ini banyak hal yang terjadi, dan pastinya harus diceritakan, tapi berhubung susah kalau diceritakan lewat WA, Line atau BBM. Jadi saya ceritakan di sini saja :-) 

Bagaimana hasil tes CPNS nya? Masuk kah? Kalau saya sementara menunggu hasil pengumuman diterima atau tidak. Semestinya sih dua hari yang lalu, tanggal 16 Nopember, tapi sampai saat ini belum ada pengumumannya. Capek me-refresh halaman web dari hape. Entah per berapa menit sekali saya klik. 

Memang yah kesan pertama itu menentukan sekali. Lucu deh dengan si Kakak pengganti dirimu ini, awal-awal kerja datang segerombolan, dengan suami dan anak. Kita di sini berpikir mungkin hari pertama kerja, masih gugup dan takut-takut jadi perlu ditemani. Layaknya mengantar anak hari pertama sekolah, sesuai himbauan Bapak Anies dulu, selaku mantan Menteri Pendidikan. Ternyata tidak saudara-saudara, minggu-minggu berikutnya si Kakak lebih sering ditemani Misua dan anak semata wayangnya. Untuk masalah membawa anak ke kantor, saya bukan orang yang anti atau ngomel-ngomel kalau ada anak kecil di kantor. Tahu sendiri kan, stok mainan, buku-buku, krayon, pensil warna kita lengkap di klinik.

Apa sih kesan pertama saya terhadap si Kakak? Luar biasa. Seorang ibu yang lemah-gemulai dan resik (artinya kurang lebih rajin beres-beres). Bayangkan hari kedua mereka bekerja (termasuk suaminya), posisi dan letak barang-barang klinik sudah berubah, kecuali meja saya. Kenapa dipindahkan? Apakah lebih ergonomis atau memudahkan dalam bekerja? Tentu saja tidak, karena saya harus jongkok-jongkok kalau menerima telpon, karena telponnya ditaruh di atas tumpukan kardus! Apakah kita tidak punya meja yang layak? Dari awal pesawat telpon itu sudah ‘berjodoh’ dengan meja kecil sekaligus laci-laci menaruh berkas. Lalu kenapa dipindahkan oleh si Kakak? Karena beliau butuh tempat untuk menaruh karpet karet bongkar-pasang untuk tempat tidur mereka sekeluarga, yang kira-kira ukurannya 1,5x1 meter. Dikorbankanlah meja kecil itu, digeser-geser. Dan ternyata meja kecil itu juga memiliki fungsi lain sekarang, tempat perkakas makan mereka. Segala jenis tupperware ada di atasnya, lengkap dengan teh, gula, susu cair, cangkir, piring, sendok, dan teman-temannya. Kita saja yang kerja bertahun-tahun di sana masih takut-takut untuk menaruh perlengkapan makan di atas meja kantor. Lah ini si Kakak malah sengaja memamerkan koleksi tupperwarenya. 

Setau saya di kantor-kantor besar banyak yang menyediakan day care atau tempat penitipan anak, tapi tidak (mungkin belum) ada tempat penitipan suami. Yup, dalam 5 hari kerja, si suami bisa 3-4 hari ada di kantor. Apa suaminya tidak bekerja? Katanya sih kerja, bahkan bekerja di dua tempat sekaligus, tapi kenapa waktu luangnya panjang sekali yah? Pernah diingatkan, tapi si Kakak beralasan bahwa suaminya cuma mampir makan siang. Tapi yah itu, waktu makan siangnya panjang sekali. Masih ingatkan, waktu istirahat kantor kita cuma dari jam 12 sampai jam 1 siang. Biar lebih jelas, saya rincikan jadwalnya setiap hari:

- 10:30 : si Kakak jemput anaknya, atau si Ayahnya yang menjemput
- 11:00 : tiba di klinik, ganti baju anaknya, tanya-tanya tugas sekolahnya
- 11:30 : makan siang satu keluarga
-       12:30 : cuci piring, beres-beres
- 13:30 : tidur siang satu keluarga sampai 14:30 atau 15:30 tergantung anaknya

Lumayan panjang yah waktu istirahatnya, setiap harinya bisa sampai 3-5 jam. Iyah sih, si Kakak tetap di dalam klinik. Betah mereka di klinik, “Adem dok, AC nya nyala setiap saat..”.

Yah, begitulah kehidupan saya belakangan ini. Seperti ibu kost yah? Eh, bukanlah. Saya seperti tamu yang berkunjung ke rumah kontrakan orang. Bahkan saya berkantor di luar loh sekarang, di ruang tunggu. Risih rasanya. Banyak loh bapak-bapak atau ibu-ibu karyawan yang mampir ke klinik cuma bertanya “Ada (suaminya) yah Dok?”, “Satu RT lagi yang datang yah Dok?”, “Mau periksa tapi nanti deh Dok..”. Itu setelah mereka mengintip ke dalam ruangan kontrakan klinik.

Besok-besok saya ceritakan lagi deh, tentang keajaiban si Kakak, bosku satu ini :-D 



Itu loh karpetnya, tapi untuk saat ini sih sudah diganti selimut tebal yang bisa dilipat dan disembunyikan di laci. Karena waktu itu mau audit jadi segala barang yang tidak berhubungan dengan pekerjaan harus ‘dimusnahkan’ (termasuk koleksi tupperwarenya). Selain itu juga, Pak Jamal selalu lempar-lempar karpetnya kalau beliau menyapu pagi-pagi, susah katanya, menghalangi. 

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)