Sabtu, 13 November 2010

Nothing Last Forever

Heaven
Heaven,
originally uploaded by dephina.

Baru saja saya selesai merapikan isi lemari baju saya, sudah saatnya mengeluarkan baju musim dingin dan menyimpan baju musim panas. Ketika saya melipat kaos-kaos musim panas, saya teringat perkataan seorang sahabat perihal baju-baju yang bertumpuk.

"Ditinggal ajalah, buat apa dibawa pulang?" Menurutnya itu solusi terbaik untuk mengurangi jumlah 'bagasi' yang harus dibawa pulang nanti.
"Ditinggal?" Saya tidak habis pikir harus meninggalkan mereka di sini.
"Iya, atau dihibahkan ke orang lain kalau mungkin." Sahabat saya menatap dengan serius, untuk meyakinkan saya agar tidak membawa banyak pakaian pulang.
"Tapi, nanti gua pake apa di rumah? Sebagian baju yang gua punya yah ada di sini." Sayapun menghela nafas.
"Yah elah, beli lagi lah di sana. Perasaan di Indo juga banyak baju bagus."

Yah, yah, yah. Mungkin tidak masalah buat sahabat saya itu untuk membeli selusin pakaian baru. Buat saya (dan adik-adik, tidak bisa dipungkiri DNA kami saling bertautan :p) masalah besar. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana harus berburu kaos atau celana jeans yang sama persis dengan yang pernah saya pakai. Bagaimana harus menemukan kenyamanan yang sama dengan pakaian-pakaian lama saya? Hahaha. Berlebihan sekali. Eits, tidak heran kalau saya dan adik-adik kadang memakai kaos buluk yang bolong-bolong. Nyaman rasanya.

Ah, katanya tidak baik kalau terlalu terikat dengan hal-hal keduniawian (dalam hal ini pakaian dan sepatu-sepatu saya). Nothing last forever. Memang benar, pada saatnya nanti mereka juga akan rusak dan tidak layak pakai lagi tapi selama masih bisa dikenakan kenapa tidak? Tidak tega saya meninggalkan mereka :p

Campuran Kopi Susu

Cappuccino
Cappuccino,
originally uploaded by dephina.

Masih tentang sahabat yang sama, deuh, kok belakangan ini tingkahnya semakin mengerikan. Hahaha. Jarang-jarang loh saya memgeluh :p Bagaimana rasanya menjadi orang ketiga yang harus menyaksikan kejadian ini?

Minggu pagi yang cerah, kebetulan kami bertiga berjalan melewati sebuah kedai kopi ternama.

"Gua ga suka kopi di sini. Pasaran." Keluh seorang sahabat, sebut saja A, seketika kita menghirup harumnya kopi yang menyeruak dari dalam kedai.
"Pasaran kenapa?" Berhubung baru-baru ini saya tergila-gila dengan kopi, otomatis saya bertanya.
"Gua ga suka rasanya, kombinasi pahitnya kopi dan susunya ga balance." Si A menjelaskan dengan ketus.
"Menurut gua itu selera masing-masing." Sahabat saya yang satu lagi, sebut saja B menyahut dengan kalem sambil berlalu masuk ke kedai kopi itu.

Kamipun memesan minuman yang kami inginkan, saya dengan segelas cappuccino dan B dengan segelas espresso panasnya. Bagaimana dengan A? Mungkin karena 'pasaran' (busyet deh, kopi segelas 30 rebu dibilang pasaran) A pun tidak memesan apa-apa.

"Ga mesen apa-apa A?" B bertanya di tengah kesibukannya meniup dan menyesap espresso panasnya.
"Ga deh. Kebanyakan minum kopi bikin gua deg-degan." A pun mengeluarkan sebotol air mineral dari tasnya.
"Oh.." Jawab B singkat. Sayapun bingung, kok A tidak tergoda dengan semerbak-harumnya kopi yang kami minum yah?
"B, kok elo bisa sih minum espresso yang pahit gituh? Kaya minum jamu aja. Hahaha." Sebenarnya kebiasaan B ini yang lebih membuat saya penasaran. Dibanding kebiasaan-kebiasaan A yang selalu mengkomentari apapun, B selalu diam dan termenung, dia hanya akan menjawab kalau ditanya.
"Hem, justru itu enaknya Dev. Kadang gua juga minum cappuccino atau yang lainnya kok. Cuma kadang gua butuh sentakan dari pahitnya kopi dan aroma kopi itu sendiri, tanpa tambahan susu atau yang lain." B pun tersenyum sambil menghirup aroma kopinya.
"Coba deh Dev.." B mendekatkan cangkir kecilnya ke hadapan saya.
"Baunya enak. Hahaha." Jawaban klise buat penggemar kopi jadi-jadian seperti saya.

Kamipun melanjutkan acara jalan-jalan kami. Kali ini kami melewati sebuah toko sepatu olahraga ternama. B pun berhenti sejenak untuk mengamati sepatu-sepatu yang terpajang di etalase, tertera tulisan SALE (up to) 70%!

"Sori, gua masuk dulu yah." B meminta ijin kepada kami.
"Oh okeh, gua juga mau liat-liat." Sayapun mengikuti B masuk.
"Ah, sama aja. Mau diskon mau engga, harganya ga beda jauh kalau kita beli di Indo." Dengan sinisnya A berkomentar, dengan terpaksa dia mengikuti kami masuk.
"Lumayanlah A, jarang-jarang ada diskon untuk keluaran baru. Walaupun 10-20 persen kalau dikurs bedanya nyaris dua ratus ribu dan belum tentu di Indo ada." B tersenyum sambil mengambil sepasang sepatu dari etalase. Ketika B membalik sepatu dan melihat tag harganya, sayapun ikutan mengintip. Huks. ¥890 (nyaris 1,2 juta rupiah!).
"Alah, dua ratus, tiga ratus ribu mah ga masalah. Itung-itung ongkos kirim." Deuh A, kalau ngomong mbok yah lihat-lihat sekeliling. Dua ratus ribu bisa untuk makan sebulan itu.

Si B pun membeli sepasang sepatu dari toko itu. Setahu saya, B memang 'penggemar' berat merk ternama itu. Beberapa kali saya melihat B memakai model yang berbeda dari 'brand' tersebut.

Belakangan ini saya merasa komentar-komentar A menjadi tidak beralasan, dan seringnya negatif. Sebentar lagi dia akan berulang tahun, saya jadi takut untuk memberikannya hadiah. Dua tahun terakhir, hadiah saya tidak memenuhi standarnya.

"Loe ngasih apaan sih Dev? Jam rusak loe kasih ke gua." Hem, saya tersinggung dengan pernyataan itu karena jelas-jelas jam itu berdetak ketika saya beli. Mana saya tahu kalau baterainya kebetulan habis.

"Sori Dev, tapi gua udah punya barang yang loe kasih itu. Nih, buat loe aja. Elo kan belom punya." Disodorkannya karpet yang saya beli khusus untuk kado ulang tahunnya. Karpet itu baru, bukan barang bekas. Karpet itu ada di kamar saya sekarang. Setiap kali saya melihat karpet itu saya sedih, saya benar-benar tulus dan niat membelikan A karpet itu karena saya berpikir lantai kamar A pasti dingin kalau musim dingin datang. Apa boleh buat, saya keduluan senior saya yang juga memberikan karpet (yang ternyata memang lebih besar, dan karpet saya jadi tampak seperti keset).

Hey, apa A benar-benar tahu banyak tentang hal-hal di atas (dan hal-hal lainnya)? Setahu saya, A selalu diam di kamar, jarang keluar. Kadang ceritanya hanya seputaran acara televisi dan internet. Dulu dia masih mengutip sumbernya "Oh, kemarin gua baca di internet kalau sebagian besar produk 'adadeh' ditarik dari pasaran karena kesalahan cetak". Itu dulu, kalau sekarang A lebih banyak mensensor sumbernya, ingat kedai-kopi-ternama-pasaran itu dong? Kebetulan saya menemukan sumber beritanya di situs pencari, dengan judul berbahasa Inggris. Di paragraf akhir berita itu disimpulkan, walaupun pasaran (karena cabang-cabangnya menjamur di mana-mana), namun sepertinya orang-orang masih akan terus berkunjung ke kedai mereka karena memang belum ada kedai lain yang menyaingi (dengan produk dan strategi pemasarannya yang jempolan). "Kombinasi pahitnya kopi dan rasa susu yang ditambahkan sepertinya tidak sesuai dengan selera saya, karena saya tidak lagi bisa merasakan karakter kopi di dalamnya." Tebak dari mana saya menemukan kutipan kalimat di atas? Ternyata bukan genuine perkataan A seperti sebelumnya, pendapat B ternyata benar "sesuai selera masing-masing". Yup, kutipan perkataan di atas memang saya dapatkan dari blog yang B tulis. Tanpa maksud apa-apa (dan bodohnya) saya mengetikan kalimat yang A katakan, search: kombinasi pahitnya kopi dan susu. Saya kaget karena di antara hasil yang ditemukan mesin pencari itu terkait blognya B (lengkap dengan foto dan deskripsinya)!

Ada hikmahnya juga sih Dev, tentang karpet, mungkin A juga merasakan hal yang sama "kasihan Devina, di kamarnya ga ada karpet" daripada tersia-siakan lebih baik diberikan kepada orang yang membutuhkan bukan? Untuk informasi-informasi yang disampaikan A, walaupun tidak jelas sumbernya (kita tidak akan pernah tahu kalau A benar-benar pernah mencoba, terlibat atau mendatangi sumber) setidaknya A mempercepat proses penyampaiannya, hitung-hitung berbagi berita :D

Rabu, 03 November 2010

Big Black Book

Spring is here!
Spring is here!,
originally uploaded by dephina.
Bukannya GR, sepertinya blog ini seperti buku cerita besar yang dibaca diam-diam. Beberapa sahabat rupanya sesekali mengintip isi blog ini, dan tanpa sengaja mereka mengutip perkata saya. Seperti buku hitam yang diharamkan, mereka malu-malu (baca: tidak mau berterus-terang) membaca cerita-cerita saya.

Makasih yah teman-teman yang sudah mengintip blog ini. Kalian boleh request tempat, film, cerita/pengalaman atau makanan yang mau kalian coba atau datangi tapi ragu-ragu. Kalau saya sempat dan mungkin, akan saya laporkan di sini. Hahaha.

Terbukti 'iklan' Pizza Hut nya laku. Padahal saya tidak bermaksud mengiklankan :p

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)