Minggu, 08 Agustus 2010

Arsenal/ Manchester

Hong Ya Cave


Tadinya saya berniat mengambil lebih banyak foto, mumpung matahari bersinar cerah. Namun, apa yang terjadi? Saya hanya berhasil mendapatkan foto ini dan satu lagi. Ketika saya sedang mengatur posisi, tiba-tiba ada seorang pria berbaju merah (sepertinya kostum bola, entah klub mana) menghampiri saya. "Mau saya fotoin? Sendirian kan? Lagi liburan yah?" Sayapun menyingkir dan dengan cepat menolak tawarannya. "Eh, ga suka difoto yah? Saya ga berniat jahat kok." Si Baju Merah itu terus mengikuti saya. Tergesa-gesa saya memasukan kamera ke dalam tas dan 'mengamankan' posisi tas saya di dalam pelukan. Si Baju Merah masih mengikuti "Tenang, saya cuma mau kenalan kok." Saya masuk ke gerai Starbucks yang berjarak beberapa meter dari tempat saya, berharap orang itu pergi. Ternyata dia mengikuti saya masuk ke dalam. Di dalam lumayan sepi, hanya satu meja yang terisi. Saya menunggu giliran di kounter kasir, hanya ada satu orang bapak-bapak di depan saya. Maklum masih jam 10 pagi. "Mau makan apa? Sini saya bayarin." Si Baju Merah tadi menghampiri display makanan di sebelah kasir. Saya menolak dan megucapkan terima kasih. Si Baju Merah sudah mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari kantong celananya. "Sekalianlah. Saya ga ada niatan apa-apa kok" begitu katanya. Si Mas Barista yang melayani sayapun tampak jengah dengan kehadiran si Baju Merah. Si Baju Merah tampak memesan sesuatu dari display makanan. Si Mas Barista, yang biasanya ramah, langsung berkata setengah membentak "Saya masih melayani Mbak ini, kalau mau tunggu sebentar." Pesanan minuman sayapun tiba. Si Baju Merah menghampiri saya (dari tadi juga dia berada di sekitaran saya) "Yuk duduk, kita ngobrol-ngobrol" sepertinya dia tidak jadi memesan makanannya. Saya bingung bagaimana caranya menghindar dan mengaburkan diri. Sayapun tidak jadi duduk, saya berdiri di depan kounter, sebisa mungkin berada di dekat Mas Barista (yang berperawakan seperti tukang pukul, berotot dan tinggi besar). Si Baju Merah tidak juga pergi, dia malah mulai bertanya-tanya sehabis dari sini saya mau ke mana dan dia menyarankan tempat-tempat yang menurut dia bagus dan terkenal di kota ini. Saya diam. Saya keluar. Si Baju Merah masih mengikuti. Argh, malas menceritakan kelanjutannya. Dia masih tetap mengikuti sampai kira-kira 5 menitan saya berjalan kaki. Ujung-ujungnya dia meminta nomor telpon "Saya bener-bener pengen jadi temen baik kamu, ga ada niat apa-apa. Kalau misalnya kamu butuh teman jalan, kamu bisa hubungi saya. Biasanya saya memandu wisatawan di sini." Saya minta kartu namanya. Dia bilang kartu namanya baru diperbarui. Saya minta dia menuliskan di kertas, dia malah menunjukan hapenya. "Nomor kamu berapa? Biar saya telpon dari sini." Argh, alasan klasik. "Saya tidak ingat berapa nomor saya!" Saya berjalan lebih cepat lagi. "Argh! Sudahlah!" Frustasi diapun pergi. Fiuh.

2 komentar:

  1. memang susah klo jadi wanita cantik. hahaha. :D ya ya ya, untunglah ga ada apa2.

    BalasHapus

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)