Tampilkan postingan dengan label people. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label people. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 Mei 2016

I Am (not) So Happy Customer

Sabtu pagi, dalam rangka long weekend, saya menyempatkan diri untuk ‘berkunjung’ ke mall wah di dekat rumah. Saya sengaja datang bertepatan dengan jam buka mall, jam sepuluh pagi lewat sedikit lah. Pada jam segitu pun pengunjung mall sudah mulai ramai. Saya langsung menuju ke gerai ATM. Yups, tujuan saya ke mall memang bukan untuk window shopping, sekedar jalan-jalan menghabiskan waktu liburan, apalagi temu kangen dengan teman-teman. Dari empat hari libur long weekend, tanggal 5 sampai 8 Mei 2016 hari Kamis sampai Minggu, saya hanya ‘kebagian’ hari Sabtunya saja, sisanya yah saya (ada jadwal) jaga, entah pagi atau malam. Jadinya, saya memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya. Tujuan saya pertama adalah ke gerai ATM, untuk bayar biaya pemeliharaan lingkungan komplek rumah, top up kartu Flazz, mengganti nomor PIN kartu ATM yang baru dibuatkan kantor dan transfer uang untuk ‘barang dagangan’. Untungnya gerai ATM di mall tersebut masih sepi, saya hanya bertemu satu mbak cleaning service yang sedang menyapu sambil berkaca di dinding cermin gerai. 

Setelah selesai urusan pencet-memencet tombol, saya segera bergegas ke lantai atas untuk menukarkan botol-botol bekas ‘kosmetik’. Cih, jangan dibayangkan serangkaian botol produk kecantikan dari pembersih wajah, pelembab, alas bedak dan sebagainya. Nope. Saya hanya membawa 3 botol, salah satunya tempat bedak sih. Kenapa saya niat banget ke mall untuk menukarkan botol-botol bekas tersebut? Kebetulan toko tempat saya membeli produk kecantikan tersebut sedang ada promo, menukarkan botol bekas produk mereka dan mendapatkan diskon 50% (untuk produk-produk tertentu). Jikalaupun (bahasa apa ini?) Anda tidak berniat menggunakan promo tersebut, botol-botol tersebut masih bernilai 1 poin per satu botol, yang nantinya diakumulasi di akhir tahun dan bisa ditukarkan dengan berbagai merchandise lucu. Saya lebih memilih pilihan yang kedua, karena biasanya merchandise nya memang cantik, seperti diary dengan design yang fresh atau tote bag untuk tas belanja dengan design unik.

Bergegaslah saya ke lantai atas, terlihatlah dua SPG perempuan, satu sedang serius mengepel dan satu bertugas menyapa sekaligus melayani customer yang datang. Sebelum saya, ternyata sudah ada satu ibu dengan anak perempuannya,  yang mungkin berusia 10 tahunan, sedang asyik memilih-milih produk diskon yang terpajang di display di tengah toko. Begitu saya masuk, segera Mbak yang bertugas menyapa datang menghampiri saya. “Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?” Begitu sapanya, tanpa senyum, tanpa emosi, tanpa intonasi seperti robot yang mengucapkan kalimat yang berulang. “Terima kasih, saya lihat-lihat dulu.” Saya menjawab dengan senyum dan melihat-lihat. 

Jam berapa ini? Sepertinya baru setengah jam berlalu setelah mall buka, masa sih si Mbak sudah lelah? Ah, mungkin dia bukan tipe morning person, yang kalau pagi-pagi bawaannya selalu jutek. Atau mungkin dia belum sempat ngopi atau sarapan pagi. Bisa jadi si Mbak sudah datang sejak Subuh untuk mengatur dan membersihkan toko atau menghitung stok semalaman. Oh, atau si Mbak lagi ‘dapet’ hari pertama, jadi wajar kalau dia menahan nyeri perutnya. Banyak kemungkinan yang membuat si Mbak menjadi lemah, letih, lesu, tidak bersemangat, bermuka masam (walaupun full make up) di pagi hari itu. 

Oiyah, apa si Mbak terlihat pucat? Ah, saya lupa mengeceknya, tapi tidak sopan sepertinya kalau tiba-tiba saya ‘mendelikkan’ kelopak matanya untuk melihatnya. Namun, sepertinya si Mbak memang agak pucat di balik dempulan bedaknya. Tapi bisa jadi karena dia memilih rona bedak yang agak putih dari warna kulitnya, sehingga menimbulkan kesan pucat, ditambah pilihan eyeshadow berwarna biru muda. Kenapa saya bisa tahu? Selama saya memilih-milih produk, si Mbak tetap mengikuti saya dan beberapa kali saya menangkap dari sudut mata (saya lirik-lirik gituh) kalau si Mbak meperbaiki riasan wajahnya, entah bulu mata, rambut atau sekedar bercermin di dinding toko yang memang hampir semuanya dilapisi cermin.

‘Discount 50%’ saya meilhat banner merah di depan produk handcream lucu, bertanyalah saya “Mbak, handcream nya masuk ke promo penukaran botol yah?” Dengan antusias saya bertanya. “Iya Mbak, tapi untuk pembelian 3 botol.” Jawab si Mbak singkat, lagi tanpa senyum, tanpa intonasi. “Waduh, untuk apa juga yah Mbak beli 3 botol, mau dijual lagi apa iya..” Jawab saya berusaha melucu, maksud hati membantu si Mbak meringankan suasana hatinya. Saya ambil salah satu botol handcream nya, ternyata tanggal expired nya tidak lebih dari satu tahun. Kalaupun saya beli tiga botol sekaligus kapan habisnya yah, setahu saya tangan saya cuma sepasang, alias dua, kiri dan kanan. Sayapun bukan tipe orang yang rajin memakai lotion-lotion atau krim-kriman. Saya sekedar suka bentuk dan warna-warni tube nya.
   
“Kalau ini apa Mbak?” Saya ambil sebuah botol sprayer orange langsing dari display. “Spray untuk menyegarkan wajah.” Again, singkat, padat dan jelas. Saya bisa baca sih tulisan di botolnya ‘face spray freshener’. “Jadi dipakenya sesudah pake bedak atau sebelumnya Mbak?” Tanya saya penasaran. “Bisa dua-duanya, sebelum bisa, sesudahnya juga bisa.” Sebenarnya saya masih penasaran, maklum saya kurang mengerti fungsi dari produk-produk kecantikan. Kalau seandainya dipakai sesudah pakai bedak dan produk kosmetik lainya, bukannya nanti luntur yah?

Berjalanlah saya menuju counter cashier, karena saya sudah mendapatkan produk yang saya mau (mungkin si Mbak sudah bisa bernafas lega). Eh, tiba-tiba saya teringat sesuatu, berhentilah saya di tengah-tengah, Mbak di belakang sayapun ikut mengerem ‘ckiettt’ (lebay deh..). “Mbak, kalo deodorant yang spray ada ga Mbak, yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak meninggalkan bekas di baju?” Tanya saya sambil menoleh ke si Mbak di belakang. “Ga ada Mbak, tapi adanya ini..” Diambilkannya satu botol hitam dari rak display yang memang tepat di sampingnya. “Ini Mbak, tapi buat cowok. Enak kok baunya, saya juga suka.” Wew, tumben si Mbak memberikan rekomendasi dan menjelaskan dengan sedikit emosi. “Coba deh Mbak..” Wow, kemajuan si Mbak melanjutkan kalimatnya. Crot.. Saya semprotkan di pergelangan tangan, bingung juga sebenarnya di bagian mana saya harus mencoba deodorant spray cair, masa langsung di ketek. Yah, saya anggap deodorant sejenis parfumlah, karena yang mau dirasakan di sini adalah aromanya.

Sambil menggosok-gosokkan pergelangan tangan, saya berjalan ke cashier, kali ini tanpa berhenti. Saya serahkan member card, sambil mencium-cium pergelangan tangan saya. “Waduh, saya jadi bau cowo!” Lucu juga ekspresi si Mbak ketika mendengar komentar saya, dia terkejut dan setelahnya muncullah ekspresi ‘aneh banget sih nih orang, udah dikasih tau juga tadi kalo untuk cowo..’

Oiyah, saya bukan tipe customer yang nanya-nanya tapi tidak jadi beli yah (kadang begitu juga sih), saya beli beberapa barang kebutuhan saya kok, dan bukan produk diskon yah. Kalau tipe pelanggan yang bawel, bisa jadi sih. Pagi-pagi sudah tanya ini-itu ke Mbak SPG nya, tapi pertanyaan saya wajar kok, karena saya penasaran dengan produknya. Kan lumayan kalau saya tertarik untuk beli. Dari awal masuk sampai saya selesai transaksi, si Mbaknya tidak pernah senyum loh. Tidak salah sih, karena si Mbak tetap melayani saya dengan standard prosedur yang benar, tapi rasanya ‘asem’, ‘kecut’, membuat pagi sedikit lebih suram. Rasanya sayang, sudah dandan cantik-cantik tapi kok tidak senyum dan tidak bersemangat. Mungkin ini efek yang saya bawa dari bekerja di perusahaan yang mengedepankan semboyan 5 S: senyum, salam, sapa, sopan, santun dan satu lagi Semangat Pagi!   
Semoga setelah saya keluar dari toko itu, si Mbak bisa tersenyum (dan bernafas lega) 'akhirnya pelanggan annoying yang bawel luar biasa pergi juga, untung dia belanja..' Semoga...

Kamis, 17 Mei 2012

Restricted/ Dewasa*


"Kak, oral seks itu kaya apa yah?" Matanya yang besar menatap saya lurus-lurus, polos, tanpa disertai satupun ekspresi aneh di wajahnya.
"Hah?! Maksud kamu?" Sedangkan saya kaget setengah hidup, tiba-tiba ditanya begitu. Apalagi di tengah-tengah diskusi kelompok.
"Iyah Ka, maksudnya mulut ke mulut atau bagaimana?" Lagi dengan tatapan polosnya dia menatap saya lekat-lekat.
Nah loh! Bagaimana saya harus menjelaskannya (dengan bisik-bisik di antara kerumunan teman-teman lainnya)?

Yah, yah, yah. Memang pada saat itu saya dan teman-teman lainnya sedang membahas penyakit-penyakit infeksi menular seksual (IMS), jenis-jenis sifilis, gonore, dan teman-temannya. Yah memang ada hubungannya, pertanyaan teman saya itu dengan topik diskusinya. Tapi, tapi, tapi saya dan dia bukan lagi anak SMA, melainkan mahasiswi tingkat akhir suatu perguruan tinggi negeri. So sad but true :|

(mulut)+(mulut)= ciuman bukan sih???

Sebenarnya agak ngeri saya mendengarnya, ironis saja, kita boleh tahu dan mengerti apa itu penyakit-penyakit menular seksual dari A sampai Z, tetapi kita tidak benar-benar tahu hal-hal dasar mengenai 'seksual' nya itu sendiri. Eh, eh, eh. Bukan berarti saya expert dalam hal ini. Saya juga minim pengetahuan mengenai hal-hal di atas. Tiiit. *sensor 

Beberapa teman dekat saya (yang sama-sama 'menderita' di China) pasti tertawa guling-gulingan membaca pernyataan saya di atas. Eh, maksud loe?! 

Bener deh teman-teman, pendidikan seks dini itu penting. Yah bukannya untuk segera dipraktekkan atau bagaimana. Sekedar tahu dan untuk langkah penanggulangan aja. Ga ada salahnya toh? Daripada dibohongi orang atau terlambat tahu :) Duh Dev, gaya bicara loe dah kaya seks expert therapist gitu (channeling dr. Boyke) :p

"Dev, cara pake kondom gimana sih?" Bagaimana hayoh? Kalo misalnya di search di Google atau di Youtube ada ga yah? Hahaha (ada tau, di Wikipedia aja ada). Tapi pertanyaan ini wajar, karena ditanyakan waktu awal-awal saya masuk kuliah. Kira-kira masih belasan tahun lah usianya (akhir-akhir, kalo ga delapan belas yah sembilan belas). Bersyukur saya SMA di sekolah khusus perempuan, yang entah bagaimana, kami mendapatkan penjelasan tentang kegiatan biologis ini secara gamblang dan lumayan mendetail. Kami boleh bertanya sepuas-sepuasnya, seaneh-anehnya atau bahkan sepolos-polosnya sampai-sampai petugas penyuluhannya kipas-kipas 'kegerahan' sambil terus-menerus menelan ludah. 

Hei kamu, yang pernah bertanya perihal alat kontrasepsi berbahan latex ini, apa kabar? Pasti sekarang sudah tahu dong jawabannya dan prakteknya secara langsung. Hoho. Wajarlah, kan sudah menjadi Mrs. Someone ;) 


Tidak ada hubungannya antara gambar ilustrasi dengan cerita, saya suka aja :)

Tulisan ini dibuat sebagai 'pengganti' tugas saya menelaah lebih lanjut penyakit gonore, seandainya saja bisa, pasti tugas itu sudah selesai sejak dulu :p (info ga penting).

*Anak-anak di bawah 17 tahun, please jangan dibaca yah (pemberitahuan yang terlambat).

Sabtu, 02 Juli 2011

Head-In-The-Clouds


'Beautiful girl..'

Permisi Tante Cantik, maaf tulisan terakhir saya sepertinya menyinggung perasaan Tante. Terlebih lagi tulisan itu membuat saya 'terdengar' tidak cerdas, alias bodoh dan tidak terpelajar. Maaf Tante Cantik, kemampuan telepati saya masih belum terasah sepenuhnya. Nanti kalau ada kesempatan saya akan mencari Prof. X untuk berguru padanya. Duh, saya lupa kalau Prof. X sudah tiada, tewas terbunuh di episode The Last Stand (atau koma yah?).

Saya tahu Tante Cantik tahu segalanya, minder saya berada di dekat Tante Cantik. Tapi apa boleh buat Tante, keadaan saya yah seperti ini, dekil, kucel, bau dan tidak tahu apa-apa (serta lamban pula). Berbeda dengan Tante Cantik yang selalu harum, cantik dan kelihatan kinclong. Makanya saya maklum ketika Tante memutuskan untuk menjauh dari saya (selalu berada 3 langkah di depan, wajib hukumnya). Hiks. Memang tidak sepadan sepertinya.

"Bukan begitu!"
"Jangan!"
"Ga bisa!"
"Salah!"
"Engga boleh!"

Tante, saya belum sempat mengutarakan pendapat saya, tapi Tante Cantik sepertinya selalu tahu kalau pendapat saya pasti salah. Maklum saya anak pedagang, bukan anak seorang cendekiawan yang setiap harinya berkutit dengan buku dan pengetahuan.

'I'm just a girl..'

Tante Cantik, jangan galak-galak dong. Takut saya. Katanya Tante Cantik adalah seorang wanita yang lemah-lembut, tapi kok kalau berbicara kepada saya selalu dengan nada tinggi dan membentak. Kalau nanti orang lain tahu, image Tante bisa berubah loh. Maaf Tante, gara-gara kelambanan saya Tante jadi emosional.







Tante cantik deh, ci ci cuit...

Bang!

Rabu, 22 Juni 2011

Coffee for Two


Dia bilang "saya cantik.." Oh, yang dimaksud bukan 'saya' tapi dirinya sendiri. Hahaha. Yah, dia 'cantik', menurutnya. Berkali-kali saya bertemu dengan orang-orang bertipe seperti ini, mereka yang memiliki percaya diri sangat tinggi. Tidak ragu-ragu mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai 'wanita mandiri yang supel, cantik, seksi dan mapan'. Pingin rasanya saya mempertemukan teman-teman yang bertipe seperti ini di dalam satu kesempatan. Apa kiranya yang akan mereka bicarakan yah?

Satu teman saya memang seorang model, tapi bukan super model. Beberapa kali dia ikut kontes kecantikan, biasanya dia tersaring di tahap-tahap awal penjurian tapi sayangnya hanya sampai situ. Tapi memang dia 'cantik', berpostur bagus dan berpenampilan menarik, dari kalangan 'jet setter' pula. Dia salah satu 'klien' setia saya, kalau kebetulan saya pulang kampung, dia pasti langsung menghubungi saya untuk mengatur jadwal bertemu. Biasanya dia akan mengajak saya (mentraktir lebih tepatnya) ngopi-ngopi di 'warung kopi' mewah. Gelas per gelas cappuccino, latte bahkan ice lemon tea terus mengalir bergantian dengan cake dan snack ringan yang saya pesan. Si dia terus bercerita. Sesekali saya berkomentar dan menyatakan pendapat. Si dia hanya minum segelas-dua gelas kopi hitam pekat sambil mendengarkan dengan serius pendapat-pendapat saya. Kok saya betah? Cerita si 'dia' ini menarik dan jarang terjadi di dalam kehidupan saya, bahkan dalam kehidupan nyata sekalipun. Saya 'suka' kepribadiannya, walaupun ceritanya selalu tentang dirinya tapi dia bercerita dengan penuh gairah dan saya tidak pernah bosan mendengarkannya bercerita (baca: berkeluh-kesah). "Amit-amit deh Dev, walaupun dia manajer bank tapi tampangnya ga enak diliat, supirku aja masih lebih enak diliat!" Dia menyeruput kopi pahitnya sambil mengetuk-etuk meja kayu di depan kami.

Beda lagi dengan seorang teman yang selalu menyempilkan kata cantik, anggun, dewasa, feminin dan kata-kata sejenisnya itu untuk mendeskripsikan dirinya dan tindakan yang dilakukannya. "Permisi, wanita cantik mau lewat." Begitu katanya ketika dia melintas di hadapan saya. "Yah iyalah, wanita anggun ga mungkin duduk ngangkang." Suatu kali si dia mengomentari cara duduk saya, dan dengan sigap dia mencontohkan cara duduk wanita anggun yang benar. Teman saya ini juga suka bercerita dan menceritakan ulang cerita teman-temannya, dia juga selalu berusaha untuk membuatnya menarik. Tapi yah.. Tetap saja membosankan. Ceritanya biasanya kutipan (entah dari mana), dia jarang meminta pendapat atau mendengarkan komentar pendengarnya. Ketika saya ingin berkomentar, dia akan bilang "Bentar dulu, gue bla bla bla.." atau "Dengerin gue dulu.." Sayapun mendengarkan dia bercerita sampai selesai dan saya lupa mau berkomentar apa. Hahaha. Apakah si dia cantik seperti penggambaran dirinya tersebut? Apakah 'kualitasnya' sebagus yang dia ceritakan? Relatif sebenarnya, tapi yang pasti dia pelit! Dia tidak pernah menraktir saya :p

"Saklek kamu, Dev. Apa susahnya sih bilang kalau dia cantik?" Itu pendapat Momz, ketika saya bercerita tentang teman kedua saya.
"Tapi Mom, aku ga bisa boong."
"Jadi menurut kamu dia..." Momz diam.
"Huahahaha..." Tiba-tiba Momz tertawa di ujung telepon.
"Jahat kamu, Dev. Ga boleh gituh ah, dia kan anak orang juga."
"Makanya aku ga ngomong Mom. Aku juga kan ga bagus-bagus banget."
"Iyah, biasa aja yah Dev, ga usah lebay."

Mungkin teman kedua saya terlalu banyak mendengarkan Beautiful nya Christina Aguilera. Ga ada salahnya sih sebagai 'self booster', asal jangan keterusan aja, jadi ga liat-liat sekeliling :)

"Peduli amat pendapat orang, toh gua CANTIK!" Terus-terang bosen gua. Yeah, kill me baybeh.




Catatan untuk Devina, ternyata batas pertemanannya diukur berdasarkan urusan traktir-menraktir. Traktir dia segelas kopi, maka dia tidak akan berkomentar macam-macam :D

Rabu, 15 Juni 2011

Women


Lama-lama berada di antara orang-orang hebat, membuat saya berkecil hati. Teman perempuan saya cantik-cantik, penuh percaya diri dan pintar. Sudah bukan jamannya lagi pemikiran bahwa perempuan berpenampilan menarik belum tentu pintar dan cerdas. Nyatanya teman-teman saya serba sempurna. Apalagi teman-teman pria saya, mereka ganteng, cerdas dan kaya (penting katanya).

Sebagian besar teman-teman perempuan saya sudah mantap, yakin dan nyaman dengan tubuh dan penampilannya. Sedangkan saya masih shock dan bingung dengan pertumbuhan dan perubahan yang terjadi. Hahaha. Mungkin beberapa teman perempuan saya akan bilang “Belagu loe Dev, umur udah bukan remaja aja, masih berasa tumbuh.”

Saya bingung bagaimana harus menyikapi bagian-bagian tubuh yang ‘berkembang’ itu. Burka mungkin bisa dijadikan pilihan, setidaknya semua bagian tubuh bisa tertutup dengan baik. Tapi bagaimana nasib wajah saya? Bukankah aneh kalau hanya bagian pundak ke bawah yang tertutup? Kebetulan beberapa teman perempuan saya ‘berani’ dalam berpenampilan, tentu saja didukung dengan bentuk tubuh yang aduhai. Saya malah risih menampilkannya. Duh, malu rasanya. Hahaha.

“Cuih! Boong banget neh anak, biasa juga pake baju kaya ga pake baju, lebih banyak bagian yang keliatan ke mana-mana.” Hem, mungkin itu pendapat beberapa teman perempuan saya setelah membaca cerita ini. “Munafik! Pake bilang risih dan malu-malu segala.” Yah, yah, yah cacian itu mungkin juga terucap, dengan tawa sinis mereka. Maaf teman-teman, kalaupun saya berpakaian ‘seadanya’ itu karena faktor kebimbangan saya, bagian mana saja yang harus saya tutupi. Setelah berjam-jam mencoba berbagai jenis baju dan celana, akhirnya saya memutuskan: Duh, daripada bingung menutupi bagian-bagian tertentu, lebih baik sekalian dibuka! Ci-luk-ba!

Catatan untuk seorang teman pria yang beranggapan perempuan dengan dada-panggul-bokong berisi sama dengan gemuk, itu salah besar! Yah, mungkin selera orang beda-beda, Mas. Tapi mbok yah jangan semua perempuan dengan sedikit lemak lantas dibilang gemuk. Mungkin beberapa perempuan risih dengan ukuran dada atau panggul/ bokongnya yang sedikit di atas rata-rata, lantas dia menutupinya dengan pakaian serba kebesaran (seperti saya, huahaha, silahkan ditertawai pernyataan ini). Kami, perempuan-perempuan tidak ‘tercetak’ sama-rata seperti model-model di katalog itu. Masalah akan menjadi lebih rumit lagi, ketika perempuan-perempuan itu menjadi ibu : )

So, pria-pria ganteng teman-teman saya, ga usah banyak nuntut deh :p


sumber gambar: google art project, wikipedia.

Senin, 21 Maret 2011

Sloppy Straw Hat

Wew, ternyata postingan terakhir saya, membuat saya berpikir lebih dalam lagi, dan itu melelahkan. Hahaha. Dan akhirnya saya berkesimpulan:

1. Belum tentu 'subjek penderita' yang saya ceritakan di sana mengalami kesan yang sama dengan saya. Siapa tahu dia malah termotivasi dan happy-happy saja, karena tahu ada teman-teman yang selalu memperhatikan dia, dan mengingatkannya untuk senantiasa sehat! Mungkin cerita saya malah 'annoying' buat dia, sok tahu saya! :p

2. 'Mulutmu (adalah) harimaumu', hati-hati kalau berbicara Dev, bisa-bisa kamu diterkam sama 'mulutmu' sendiri. 'Teman-teman' adalah teman-teman, mereka yang akan selalu mengingatkan kita kalau kita salah atau tersesat. Mereka yang akan membuat kita benar atau tambah keblinger. Koreksi, mereka bukan tukang 'bully' ;)

3. Mungkin, yah mungkin sifat saya tidak pernah bisa disiplin dalam hal apapun, termasuk berolah-raga, makan, berfoya-foya, waktu dan tentu saja BELAJAR! Belum sejalan dengan tingkat kedisiplinan mereka dalam hal apapun, khususnya kesehatan (individu). Dokter adalah panutan, dokter adalah 'model'. Yah, kalau tinggi badan Anda lebih dari 165 cm, berpenampilan menarik, berbody sintal, silahkan hubungi agen bakat terdekat :p

4. Ujung-ujungnya saya yang menjadi 'musuh' bukan teman bagi dia dan teman-temannya, seorang outsider tidak tahu diri. Ketemu belum tentu sebulan sekali, tidak pernah peduli akan masalah mereka, tahu juga engga kabar tentang mereka. Outsider yang hanya sesekali mendengar dan berkesimpulan salah.

5. "Pantat loe makan tempat banget sih, geser dikit napa!" Maaf Tuan, pantat saya memang segini dan tidak bisa dilipat. Bagaimana kalau Tuan saya pangku? Sekalian lap dancing deh. Eh?!

Kebanyakan komentar 'sinis' tentang berat badan, penampilan, status, dsb nya itu memang dikemukakan oleh kaum adam. Hah?! Yup, kalau teman perempuan masih bisa saya toleransi. Mengapa, oh, mengapa pria-pria itu lebih sadar penampilan dibanding kami-kami, kaum hawa tak berdaya ini?

6. Kesimpulan no. 5 di atas, menimbulkan masalah baru buat saya. "Wajarlah, ga ada cowo yang tertarik sama dia. Ck, ck, ck." Decak kasihan Tuan-Tuan Tampan disertai tatapan iba dan gelengan kepala. "Mending cakep, udah gitu kalo cerita ga jelas ujungnya, membosankan, sinis pula!"

7. Btw, kesimpulan no. 5 dan no. 6 di atas agak OOT kayanya :D

Maaf Tuan-Tuan Tampan nan sempurna, mungkin saya salah menjejakan kaki di planet Tuan. Mungkin, di planet lain di luar sana, ada jenis Tuan-Tuan yang berpendapat kalau saya 'ga jelek-jelek dan ga sinis-sinis' banget kok. Dari lubuk hati saya yang paling dalam saya meminta maaf dan mendoakan kebahagian untuk kalian, Tuan-Tuan Tampan yang baik hati beserta Tuan, Nona dan Nyonya pendamping. GBU bro' ;)





Saya menyimpan satu topi jerami berukuran lebar mirip ilustrasi di atas. Nope, saya belum sempat mengajaknya berlibur ke pantai, untuk menikmati tiupan angin semilir di antara deru ombak, jejeran pohon kelapa, dan gelitik pasir. Lalu? Saya dan adik-adik bergiliran mengenakannya, ketika sedang asyik nonton TV di kamar Mom. Saya dan adik-adik 'bergerombol' di satu ranjang, ngobrol ngalor-ngidul sambil nonton TV dan bergantian mencomot sang topi dan memakainya. Score! Big smile! :D

Minggu, 20 Maret 2011

S A R A (B)*

"The Girl you just called fat? She's been starving herself & has lost 15kgs. The Boy you just called stupid? He has a learning disability & studies 4hrs a night. The Girl you just called ugly? She spends hours putting makeup on hoping people will like her. The Boy you just tripped? He is already abused enough at home. There's more to people than you think. Post this as your status if you're against bullying."

Beberapa teman saya mempostkannya di wall Facebook mereka beberapa hari yang lalu. Saya pernah 'gendut' dan sekarangpun saya masih sedikit 'chubby', keluarga saya besar-besar. Apakah saya perlu menyesali keadaan saya sekarang, karena saya 'besar'? Mungkin orang-orang beranggapan saya malas berolahraga dan beraktivitas, dan yups, dugaan mereka adalah benar adanya! Hahaha.

Berhubung teman-teman saya dari sananya 'kecil-kecil', mungkin mereka tidak merasakan bagaimana 'susahnya' menjadi besar. Argh, saya jadi sirik.

"Feb, Feb, Feb. Diet."
"Iyah Deph, ini juga lagi diet."

Berisik amat sih kalian! Pergi makan ke restoran, malah ribut ngomongin 'diet, berat badan, gendut, gendut'! Capek dengernya.

Beruntunglah kalian yang memang dari sananya kecil-kecil, ga perlu takut gendut dan mungkin memang ga ada bakat gendut sama sekali. Mestinya kalian bersyukur dan bukannya terus-menerus menyindir teman yang lebih 'berisi' dibanding kalian.

Teman-teman bisakah kalian tidak menyinggung masalah berat badan dan obesitas sebentar saja? Saya tahu dan menyadari kalau saya 'besar'. Tapi masa setiap kali kalian melihat saya, yang pertama kali muncul di benak kalian adalah kata obesitas, over weight, gendut? Yah, lama-lama saya merasa jadi tidak nyaman dan insecure kalau berada di tengah-tengah kalian.

"Gede banget sih loe."
"Porsi makan 3 orang loe abisin sendiri."
"Gila, ukuran lengan loe seukuran paha gue."

Dua sahabat saya adalah penderita bulimia dan mungkin anorexia juga. Apa perlu kita menambahkan satu sahabat lagi?

"Kalau bukan teman sendiri yang menghina, siapa lagi yang bakal menyadarkan kesalahan kita?"

Itu kata-katanya. Dia menyadari sindiran kalian sudah sampai batas 'hinaan' dan untungnya dia berbesar hati, dan menganggap kalian adalah teman-teman yang baik yang menyadarkan dia. Terlebih lagi dia menganggap sebagai kesalahnya sendiri. Duh, ngeri saya mendengarnya. Teman yang baik adalah teman yang mau menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing individu tanpa menjudge berapa sih berat badannya ;)

Terus terang saya takut dengan kalian, berapa kilo lagi berat badan yang harus dia susutkan? Dulu saya merasa 'fun' kalau jalan bersamanya, karena dia memang teman 'foodie' saya, mencoba-coba makanan dan minuman baru. Sekarang? Seperti seorang pasien dengan komplikasi jantung dan diabetes, makan ini tidak bisa, makan itu dilarang. Bukan salah siapa-siapa. Memang pilihannya untuk menjalani diet ketat seperti itu, dengan alasan kesehatan tentunya. Kita bisa mengundang dia makan, dia datang, kita makan, dia hanya minum. Bukan hanya sekali, berkali-kali.

Masalah berat badan adalah masalah yang sensitif, seperti SARA. Yah, teman-teman, seperti yang pernah kalian bahas 'SARAB': suku, agama, ras, antar golongan dan berat badan. Kalian sendiri yang membahasnya tapi kalian juga yang terus-menerus menyinggungnya.

Maaf teman-teman, saya memang pengecut karena saya tidak berani mengutarakannya secara langsung. Saya malah menuliskan cerita tidak jelas di sini. Saya takut dibilang tidak 'asyik' dan dianggap sirik dengan keadaan kalian. Saya diam.

Ingat teman-teman, tidak semua orang dilahirkan dengan sempurna, hargailah orang lain, terlebih teman kalian sendiri :)


sumber: www.allposters.com

*Istilah ini dicetuskan oleh beberapa teman saya di sini, seingat saya dr. Muzakkir (atau dr. Evan mungkin) yang menambahkan B di belakangnya :)

Sabtu, 13 November 2010

Campuran Kopi Susu

Cappuccino
Cappuccino,
originally uploaded by dephina.

Masih tentang sahabat yang sama, deuh, kok belakangan ini tingkahnya semakin mengerikan. Hahaha. Jarang-jarang loh saya memgeluh :p Bagaimana rasanya menjadi orang ketiga yang harus menyaksikan kejadian ini?

Minggu pagi yang cerah, kebetulan kami bertiga berjalan melewati sebuah kedai kopi ternama.

"Gua ga suka kopi di sini. Pasaran." Keluh seorang sahabat, sebut saja A, seketika kita menghirup harumnya kopi yang menyeruak dari dalam kedai.
"Pasaran kenapa?" Berhubung baru-baru ini saya tergila-gila dengan kopi, otomatis saya bertanya.
"Gua ga suka rasanya, kombinasi pahitnya kopi dan susunya ga balance." Si A menjelaskan dengan ketus.
"Menurut gua itu selera masing-masing." Sahabat saya yang satu lagi, sebut saja B menyahut dengan kalem sambil berlalu masuk ke kedai kopi itu.

Kamipun memesan minuman yang kami inginkan, saya dengan segelas cappuccino dan B dengan segelas espresso panasnya. Bagaimana dengan A? Mungkin karena 'pasaran' (busyet deh, kopi segelas 30 rebu dibilang pasaran) A pun tidak memesan apa-apa.

"Ga mesen apa-apa A?" B bertanya di tengah kesibukannya meniup dan menyesap espresso panasnya.
"Ga deh. Kebanyakan minum kopi bikin gua deg-degan." A pun mengeluarkan sebotol air mineral dari tasnya.
"Oh.." Jawab B singkat. Sayapun bingung, kok A tidak tergoda dengan semerbak-harumnya kopi yang kami minum yah?
"B, kok elo bisa sih minum espresso yang pahit gituh? Kaya minum jamu aja. Hahaha." Sebenarnya kebiasaan B ini yang lebih membuat saya penasaran. Dibanding kebiasaan-kebiasaan A yang selalu mengkomentari apapun, B selalu diam dan termenung, dia hanya akan menjawab kalau ditanya.
"Hem, justru itu enaknya Dev. Kadang gua juga minum cappuccino atau yang lainnya kok. Cuma kadang gua butuh sentakan dari pahitnya kopi dan aroma kopi itu sendiri, tanpa tambahan susu atau yang lain." B pun tersenyum sambil menghirup aroma kopinya.
"Coba deh Dev.." B mendekatkan cangkir kecilnya ke hadapan saya.
"Baunya enak. Hahaha." Jawaban klise buat penggemar kopi jadi-jadian seperti saya.

Kamipun melanjutkan acara jalan-jalan kami. Kali ini kami melewati sebuah toko sepatu olahraga ternama. B pun berhenti sejenak untuk mengamati sepatu-sepatu yang terpajang di etalase, tertera tulisan SALE (up to) 70%!

"Sori, gua masuk dulu yah." B meminta ijin kepada kami.
"Oh okeh, gua juga mau liat-liat." Sayapun mengikuti B masuk.
"Ah, sama aja. Mau diskon mau engga, harganya ga beda jauh kalau kita beli di Indo." Dengan sinisnya A berkomentar, dengan terpaksa dia mengikuti kami masuk.
"Lumayanlah A, jarang-jarang ada diskon untuk keluaran baru. Walaupun 10-20 persen kalau dikurs bedanya nyaris dua ratus ribu dan belum tentu di Indo ada." B tersenyum sambil mengambil sepasang sepatu dari etalase. Ketika B membalik sepatu dan melihat tag harganya, sayapun ikutan mengintip. Huks. ¥890 (nyaris 1,2 juta rupiah!).
"Alah, dua ratus, tiga ratus ribu mah ga masalah. Itung-itung ongkos kirim." Deuh A, kalau ngomong mbok yah lihat-lihat sekeliling. Dua ratus ribu bisa untuk makan sebulan itu.

Si B pun membeli sepasang sepatu dari toko itu. Setahu saya, B memang 'penggemar' berat merk ternama itu. Beberapa kali saya melihat B memakai model yang berbeda dari 'brand' tersebut.

Belakangan ini saya merasa komentar-komentar A menjadi tidak beralasan, dan seringnya negatif. Sebentar lagi dia akan berulang tahun, saya jadi takut untuk memberikannya hadiah. Dua tahun terakhir, hadiah saya tidak memenuhi standarnya.

"Loe ngasih apaan sih Dev? Jam rusak loe kasih ke gua." Hem, saya tersinggung dengan pernyataan itu karena jelas-jelas jam itu berdetak ketika saya beli. Mana saya tahu kalau baterainya kebetulan habis.

"Sori Dev, tapi gua udah punya barang yang loe kasih itu. Nih, buat loe aja. Elo kan belom punya." Disodorkannya karpet yang saya beli khusus untuk kado ulang tahunnya. Karpet itu baru, bukan barang bekas. Karpet itu ada di kamar saya sekarang. Setiap kali saya melihat karpet itu saya sedih, saya benar-benar tulus dan niat membelikan A karpet itu karena saya berpikir lantai kamar A pasti dingin kalau musim dingin datang. Apa boleh buat, saya keduluan senior saya yang juga memberikan karpet (yang ternyata memang lebih besar, dan karpet saya jadi tampak seperti keset).

Hey, apa A benar-benar tahu banyak tentang hal-hal di atas (dan hal-hal lainnya)? Setahu saya, A selalu diam di kamar, jarang keluar. Kadang ceritanya hanya seputaran acara televisi dan internet. Dulu dia masih mengutip sumbernya "Oh, kemarin gua baca di internet kalau sebagian besar produk 'adadeh' ditarik dari pasaran karena kesalahan cetak". Itu dulu, kalau sekarang A lebih banyak mensensor sumbernya, ingat kedai-kopi-ternama-pasaran itu dong? Kebetulan saya menemukan sumber beritanya di situs pencari, dengan judul berbahasa Inggris. Di paragraf akhir berita itu disimpulkan, walaupun pasaran (karena cabang-cabangnya menjamur di mana-mana), namun sepertinya orang-orang masih akan terus berkunjung ke kedai mereka karena memang belum ada kedai lain yang menyaingi (dengan produk dan strategi pemasarannya yang jempolan). "Kombinasi pahitnya kopi dan rasa susu yang ditambahkan sepertinya tidak sesuai dengan selera saya, karena saya tidak lagi bisa merasakan karakter kopi di dalamnya." Tebak dari mana saya menemukan kutipan kalimat di atas? Ternyata bukan genuine perkataan A seperti sebelumnya, pendapat B ternyata benar "sesuai selera masing-masing". Yup, kutipan perkataan di atas memang saya dapatkan dari blog yang B tulis. Tanpa maksud apa-apa (dan bodohnya) saya mengetikan kalimat yang A katakan, search: kombinasi pahitnya kopi dan susu. Saya kaget karena di antara hasil yang ditemukan mesin pencari itu terkait blognya B (lengkap dengan foto dan deskripsinya)!

Ada hikmahnya juga sih Dev, tentang karpet, mungkin A juga merasakan hal yang sama "kasihan Devina, di kamarnya ga ada karpet" daripada tersia-siakan lebih baik diberikan kepada orang yang membutuhkan bukan? Untuk informasi-informasi yang disampaikan A, walaupun tidak jelas sumbernya (kita tidak akan pernah tahu kalau A benar-benar pernah mencoba, terlibat atau mendatangi sumber) setidaknya A mempercepat proses penyampaiannya, hitung-hitung berbagi berita :D

Rabu, 03 November 2010

Big Black Book

Spring is here!
Spring is here!,
originally uploaded by dephina.
Bukannya GR, sepertinya blog ini seperti buku cerita besar yang dibaca diam-diam. Beberapa sahabat rupanya sesekali mengintip isi blog ini, dan tanpa sengaja mereka mengutip perkata saya. Seperti buku hitam yang diharamkan, mereka malu-malu (baca: tidak mau berterus-terang) membaca cerita-cerita saya.

Makasih yah teman-teman yang sudah mengintip blog ini. Kalian boleh request tempat, film, cerita/pengalaman atau makanan yang mau kalian coba atau datangi tapi ragu-ragu. Kalau saya sempat dan mungkin, akan saya laporkan di sini. Hahaha.

Terbukti 'iklan' Pizza Hut nya laku. Padahal saya tidak bermaksud mengiklankan :p

Selasa, 21 September 2010

Human Being

Mereka maunya apa sih? Kalau memang tulisan dan cerita di blog saya ini membuat mereka merasa eneg, dan ingin muntah yah tidak perlulah mereka diam-diam membacanya. Kadang mereka berkomentar di luar kesadaran mereka. Kalau memang tidak sesuai dengan harapan mereka, buat apa mereka membacanya, buang-buang waktu. Anggap saja mereka tidak pernah tahu kalau saya bercerita di blog ini.

Mereka boleh menganggap diri mereka hebat dan menyombongkan diri mereka langsung di hadapan saya. Apakah saya tidak boleh berangan-angan menjadi seseorang yang hebat melalui cerita-cerita saya? Karena saya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan "Eh, menurut loe, Wang Lee Hom* sama gue gantengan mana? Kayanya gantengan gue ke mana-mana yah. Hahaha." Di dalam cerita inipun saya tidak pernah berangan-angan menjadi seperti Scarlett Johansson**, terus-terang saya malu, tidak berani dan hati kecil sayapun mengatakan "Bagaimana mungkin, kamu bermata sipit dan berambut hitam, lah jelas-jelas dia bule yang berambut pirang."

Menjadi salah saya (dan perempuan-perempuan lain) kalau tiba-tiba saya didatangi orang asing yang mendesak ingin berkenalan. Bukanlah tipe saya, yang merasa senang karena tiba-tiba ada orang minta berkenalan, saya malah takut dan merasa terganggu. Saya lebih suka duduk diam mendengarkan musik atau mengamati suasana sekitar sambil menghabiskan segelas kopi atau teh, sendirian. Hening, dalam dunia saya sendiri, tanpa percakapan, tanpa pertanyaan dan jawaban.

Memang saya bukan isteri, pacar ataupun adik perempuan mereka. Tidakkah mereka berpikir kejadian yang menimpa saya (dan perempuan-perempuan lain) bisa saja terjadi kepada orang-orang terdekat mereka? Ah, kecil kemungkinannya untuk isteri, pacar atau adik perempuan mereka menumpang bis umum. Wajarlah, kalau mereka tidak mengerti bagaimana perasaan perempuan-perempuan yang harus berdesak-desakan di dalam kendaraan umum, yang kadang tanpa disadari ada tangan-tangan jahil (dan anggota-anggota tubuh lainnya) yang menggerayangi. Bahkan ketika bis itu kosong, tidakkah mengherankan mendapati seseorang memaksa duduk disebelahmu dan mengambil setengah jatah kursimu? Yah, mungkin tidak terpikir bagi mereka. Hanya cerita kosong, yang mungkin sengaja dibuat untuk menyatakan "Get me, grab me or yeah I'm sexy as hell, baby!"

Celana yang saya beli sama-sama pendeknya dengan yang dia beli. Wajarlah, kami bercelana pendek dan bertank-top di sini. Panas. Hari ini saja suhu udara di luar mencapai 38 derajat celcius. Itu sudah lebih baik, sebelum-sebelumnya sempat mencapai 45 derajat! Tidakkah aneh dan mengumbar aurat? Sepertinya tidak, sebagian besar kaum hawa di sini juga berkostum sama. Bagaimana dengan kaum adamnya? Kadang sebagian dari mereka harus bertelanjang dada, atau paling tidak menggulung kaos mereka sampai di atas perut. Sehingga wajar saja kalau tiba-tiba saya mengarahkan kamera saya ke arah perut mereka dan 'jepret'. Sama halnya kalau saya pria dengan kamera atau handphone berkamera, diam-diam saya mengikuti seorang perempuan bercelana cukup pendek, tunggu sampai dia menaiki eskalator atau tangga dan 'jepret'. Ingat, ini bukan untuk konsumsi pribadi, tapi request seseorang yang mungkin tidak punya adik perempuan.

Mungkin mereka berpikir ini salah saya (dan perempuan-perempuan lain) yang bercelana pendek dan tidak tahu diri. Sengaja memamerkan betis, paha dan bentuk selangkangan yang mungkin tidak bisa dibilang indah dan menawan. Hasilnya akan sama saja dengan terfoto atau tidak, ujung-ujungnya akan menjadi konsumsi publik juga. Iyakan? Tadinya saya berencana memakai kerudung dan menutupi semua anggota tubuh saya. Argh, tapi saya tidak mampu, salut untuk saudari-saudari yang bertekad untuk mengenakan hijab dalam kesehariannya. Salut. Kalau saya? Hua! Panasnya tidak tertahankan. Kalaupun saya memakai kerudung atau pakaian tertutup, saya yakin mereka juga akan berkomentar sinis "Sok seksi loe, apa juga yang mau loe tutupin? Berasa cantik dan badan loe bohay aja. Lihat tuh, lemak loe nyembul di mana-mana. Loe pikir kita bakal ngeliatin loe apa? Kalaupun elo berhotpants kita bakal jauh-jauh, merusak mata tau ga. Ga ada bagus-bagusnya untuk diliat!"

Maaf, sekali lagi saya membuat kalian pingin muntah dengan membaca curhatan saya ini. Entah, mereka akan dengan tidak sadar berkomentar lagi atau malah memilih diam dan berkomentar di belakang saya. Saya hanya berharap mereka menyadari kalau menjadi perempuan tidaklah mudah, selain kita harus memikirkan diri kita sendiri, kadang kita juga harus memikirkan pandangan orang-orang di sekitar, baik kaum prianya maupun sesama perempuan. Jadi, hargailah kami, teman atau saudara perempuan kalian dan biarkan kami menjadi diri kami sendiri. Tabik!

-> Yah, menjadi pria juga tidak mudah, bagaimana kami harus menahan diri untuk tidak berkomentar atau melihat 'sesuatu' yang tersedia gratis di depan kita? Mau pura-pura tidak lihat, kalian malah tersinggung, dipikirnya kami tidak menghargai dan menganggap kalian jelek. Mau terang-terangan dilihat, kalian menganggap kami melecehkan. Nah kan?

**Scarlett Johansson



*Wang Lee Hom, model iklan air mineral Wahaha.






Rabu, 25 Agustus 2010

UnderEstimation

I posted something on the net. I am waiting for his 'hot-spicy-edgy' comments. Let's see what will he write this time (or he will remain silent). I just wanted to share it with my other friends, not to challenge him. Sometime I feel this isn't fun anymore, because he always there, watching what I want to do next :(


Break Time!

Senin, 20 Juli 2009

Scanner

Ada yang aneh dari mereka. Apa? Mereka menghindari (tatapan) saya. Tatap mata saya.

Dua kali kita berpapasan hari ini, mau tidak mau, karena jadwal kita nyaris sama di hari Minggu kemarin. Gereja dan jalan pulang yang sama.

Apa yang telah mereka perbuat? Haha. Mana saya tahu, mata saya bukan mesin pemindai yang bisa membaca langsung gerak-gerik mereka. Alah, kamu saja yang 'menyebalkan' sehingga patut dihindari.

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)