Sabtu, 20 Juni 2020

Ugly Duckling

“De, apa bagus untuk mempromosikan bakat Kakak yang tersembunyi ini?”
“Lah, emang apa bakat Kakak apa? Yang Dedek tahu cuma tidur…”
“Yah itu De.. Mumpung PSBB* siapa tahu ada orang atau perusahaan yang membutuhkan talent Kakak untuk mengiklankan produknya…”
“Banyak kali Ka, yang selama PSBB ini bertalent tidur, males-malesan dan rebahan terus kaya Kakak. Bakat Kakak yang satu itu sudah tidak lagi istimewa Ka, sudah menjadi aktivitas nasional bahkan mendunia.” #kaumrebahan 
“Iyah juga yah De.. Kakak pikir selama PSBB ini orang-orang menjadi lebih kreatif, coba lihat aja itu di media social, jadi banyak orang-orang yang posting masak-masak, buat-buat barang, review-review barang, dadakan jadi trainer olahraga, bahkan ada yang beralih menjadi vlogger rumahan yang membahas rumahnya sendiri karena tidak bisa jalan-jalan. Adek bikin apa selama PSBB ini?”
“Yah Kakak.. Kakak ga lihat selama ini kerjaan Adek, sibuk bikin tugas, kelas online, diskusi online, seminar online..”
“Bagus, bagus.. Lumayan yah De, PSBB nya jadi berfaedah. Udah ah De, Kakak ngantuk, lanjut tidur dulu yah De..”
Yaelah Kakak, mandi dulu Ka! Sudah berapa hari Kakak ga mandi?! Mandi Ka!”

***

Hai guys! Long time no see yah guys, kembali lagi bersama saya di Nothing Than Blah, blah, blah blah… (bayangkan saya melambai-lambaikan tangan, berdadah-dadah yah, bukan melambaikan tangan karena menyerah seperti di Uji Nyali Dunia Lain. Berbicara sendiri menghadap kamera ponsel). Tumben yah saya menulis lagi di sini, kalau bukan karena tugas kuliah (eh busyet, belasan tahun sudah berlalu tetap saja saya masih mengerjakan tugas kuliah..). Oiyah, mesti di hashtag dan di tag #tugasteoripsikoanalisa #dokterrinvilrenaldi #outputproject #selfassesment #edukasidiri (saya ijin pilih edukasi diri saja yah dokter, karena saya masih dalam tahap incapacity untuk mengedukasi masyarakat luas).

Terus terang saya bingung sekali untuk mengerjakan tugas ini, semua rekan kelompok saya sepertinya mengerti dan memahami tugasnya. Saya mau bertanya takutnya malah menjadi diskusi sendiri nantinya, yang berujung panjang. Salah satu rekan saya, malah sudah berkali-kali membuat psikoanalisa, walaupun sekedar mereview drama Korea, The World of Married di status WA* (tag ah orangnya, biar tidak dibilang julid @dokterTuti) dari segi psikoanalisa, dan sudah membuat ilustrasi singkat di akun Facebooknya mengenai sudut pandang yang berbeda terhadap satu benda atau kejadian tertentu. Saya sempat terpikir, dan sempat disebutkan juga oleh rekan-rekan di grup juga, apa saya membuat tutorial memasak sederhana ala-ala Tiktokers sebagai wujud dari #sublimasi saya? Namun, sepertinya ini sudah sering dilakukan rekan saya (tag lagi ah @doktermustaina) di akun Facebook dan Instagramnya dengan menampilkan foto-foto masakan buatannya sendiri. Atau bisa juga seperti @dokterTya, yang pada saat saya mengetikan ini, beliau sudah berhasil mengupload dan memposting tugasnya di media Instagram dalam bentuk ilustrasi yang mengedukasi (saya sudah konfirmasi loh ke orangnya..). 

Kalau sampai harus menjadi vlogger yang mengedukasi masyarakat luas mengenai kesehatan mental seperti senior saya (bisa cek linknya man-teman) sepertinya agak sulit yah. Bukannnya tidak mungkin, tetapi saya butuh waktu untuk belajar lagi. Namun setidaknya dari definisi vlogger, video blogger, setengahnya saya sudah dapatlah, bagian blogger nya saja. Walaupun cuma sekedar curhat di blog ini, sama seperti @dokterilma :-D

Saya sempat terpikirkan juga untuk menganalisa cerita dongeng “Ugly Duckling” atau dalam Bahasa Indonesia: Anak Itik yang Buruk Rupa karangan Hans Christian Andersen. Kenapa saya terpikirkan dongeng yang satu itu padahal banyak dongeng-dongeng lain yang lebih ‘tragis’? Sempat dong saya meng-googling: Psychoanalysis of Ugly Duckling. Tara… Ada saudara-saudara, banyak! Mungkin saya tertarik dengan cerita itu, sama dengan perasaan si author yang membuatnya, yang menurut si penelaah, berdasarkan kisah hidup si author. Who knows? ;-) (saya membaca yang ini https://prezi.com/fna9irvnalwz/the-ugly-duckling-and-psychoanalytical-theory/?fallback=1 man-teman, karena singkat, padat dan jelas). Akhirnya tidak jadi sih, karena ternyata dari cerita yang pendek itu, banyak sekali yang bisa dan harus dianalisa, walaupun bentuknya fabel.



Beralihlah saya ke sini, maksudnya? Yah, membuat cerita ini, dan sebetulnya saya lebih tertarik akan satu kata istilah, yang tidak juga baru, tetapi tiba-tiba saya jadi ingin mencari tahu. Dari kemarin saya kepikiran man-teman ;-)

Selebgram, selebriti Instagram. Saya berusaha mencari tahu asal katanya, saya terpikir berasal dari Bahasa Inggris, celebgram. Eh, ternyata bukan. Hahaha. CMIIW*. Ada ndak sih istilah untuk orang-orang yang tertarik dengan kata-kata? Oiyah, kembali ke topik.. Saya mengambil pembahasannya dari ini yah, karena artikel ini yang paling awal muncul dan penjelasannya lumayan terperinci disertai info grafik di akhirnya. Saya kutip dari sana:

‘Selebriti Instagram atau yang dikenal dengan sebutan "selebgram" belakangan cukup beken di kalangan anak muda masa kini. Selebgram berasal dari berbagai latar belakang. Mereka bukan hanya selebriti yang sudah top terlebih dulu di layar kaca.
Selebgram bisa seorang pencinta fotografi, pehobi travelling, pencinta kopi, penggila make-up, pencinta binatang, atau sekadar penyuka humor. Mereka memiliki ribuan hingga jutaan followers.’

Pencinta fotografi √ 
Pehobi travelling √
Pencinta kopi √√
Penggila make-up XXX
Pencinta binatang √
Penyuka humor √

Dari kriteria-kriteria itu, lumayan lah saya bisa memenuhi 5 dari 6. Tetapi mari kita lihat dari kriteria berikutnya: Mereka memiliki ribuan hingga jutaan followers. Yah, gugur langsung deh saya masuk dalam golongan selebgram :-D Yah maklum, ‘followers’ saya, tidak tepat juga sih saya menyebut followers untuk mereka, karena yah saya berteman dengan mereka di dalam dunia nyata juga. Mereka adalah teman-teman sekolah dari SD, SMP, SMA, kuliah, kuliah, kuliah, teman dan rekan kerja saya, mantan pasien-pasien saya dulu sebelum saya menjadi pengangguran seperi sekarang ini, dan tentu saja saudara-saudara dari keluarga besar saya ;-D

Tabe' dokter, mungkin karangan bebas ini tidak sesuai atau melenceng dari maksud tugas dokter. Tapi ini yang terpikirkan dokter, mungkin dokter dan man-teman malah bisa menjadikan tulisan ini sebagai bahan psikoanalisanya, tergantung pemikiran dan penafsiran masing-masing ;-) 

*PSBB: Pembatasan Sosial Berskala Besar 
Siapa tahu saya atau orang lain membaca tulisan ini di tahun 2030, setidaknya, jadi tahu kalau ada istilah ini di tahun 2020. 
*WA: WhatsApp Messenger
*CMIIW: Correct Me If I'm Wrong (Instant Message Style Chatting)
dari https://www.urbandictionary.com/define.php?term=cmiiw

#tugaskuliahteoripsikoanalisa #ilustrasi #parodi #psikoanalisa #humor #defensemechanism #copingmechanism #coping #conscious #unconscious #precociousness #Freudian #Freud #sublimasi #rasionalisasi #intelektualisasi #danlainlain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)