Minggu, 18 Juli 2010

Photo Comment

The Ladies Bathroom



Bulan-bulan belakangan ini si Mama ‘menagih’ minta dibuatkan account Facebook, biar ‘up to date’ katanya. Si Mama merasa terkucilkan keberadaannya, karena dia kadang tidak tahu (baca: ketinggalan) berita ‘hangat’ yang sedang dibahas oleh kami, anak-anaknya. Selain email dan messenger, Facebook adalah fasilitas lain buat kami, saya dan adik-adik untuk berkomunikasi. Maklum, karena kami tidak lagi tinggal serumah, bagaikan delegasi PBB (lebay mode: on), pilihan negara/ kota tempat saya dan adik-adik untuk kuliah tidaklah sama. Dan yang paling merasa kehilangan siapa lagi kalau bukan si Mama (saya juga sih). Mungkin masih ada sarana sms dan telpon. Namun, tampaknya kesibukan dan perbedaan waktu membuat kita susah berkomunikasi menggunakan sarana itu.


“Deph, ini mama.”
“Deph, Deph lagi apa?”
“Udah ah mama capek ngetiknya.”

Itu beberapa kalimat percakapan di Yahoo Messenger beberapa tahun yang lalu, antara saya dan si Mama. Sejak saat itu pun si Mama tidak pernah lagi memanfaatkan jasa messenger untuk berkomunikasi dengan saya.


“Wah, A di sini terlihat cantik yah.”
“Om baru tahu kalau A model. Hahaha. Becanda A.”
“A lagi sibuk apa sekarang?”
“Wah, A udah di Jakarta yah?”

Bayangkan kalau kutipan percakapan di atas adalah beberapa potong komentar (berantai) dari seorang Om di beberapa lembar foto ‘anak perempuan’ berusia 18-19 tahunan, yang notabene teman saya. Mungkin imajinasi saya terlalu ekstrim sehingga menimbulkan praduga yang tidak-tidak. Siapa tahu hubungan mereka, antara paman dan keponakan (kandung mungkin) memang dekat. Wajarkan kalau seorang paman berkomentar tentang keseharian keponakannya. Eits, jangan salahkan saya karena berasumsi yang tidak-tidak terhadap para ‘Om’ dan ‘Tante’ yang rajin berkomentar di foto ‘teman’ anak-anaknya itu. Sebut saja saya kolot dalam hal penampilan dan pergaulan, saya masih terheran-heran setelah melihat foto seorang ‘anak perempuan’ berusia 19 tahun dengan kostum selembar handuk hotel yang melilit di tubuhnya, dengan setting kamar mandi hotel. Saya bingung apa fungsi dari handuk tersebut. Karena bagian-bagian tubuh penting yang seharusnya ditutupi malah ‘mengintip’ (tanpa malu-malu). Miris hati saya melihatnya. Mengapa foto ‘anak perempuan’ itu bisa mampir di tempat saya? Rupanya ada seorang teman yang berkomentar di foto itu “Astaghfirullah!”.

Bukannya saya melarang (dan menyalahkan) om-om dan tante-tante sekalian untuk (aktif) ber ‘Facebook’ an, dan saya bukan anak yang anti menjadikan Om dan Tante saya sendiri sebagai teman. Justru keberadaan Facebook dan sarana jejaringan sosial lainnya membuat saya dan mereka jadi lebih mudah berkomunikasi. Kebanyakan dari Om dan Tante saya memanfaatkan Facebook via handphone atau Blackberry dan sejenisnya, bukan melalui PC atau laptop sehingga mereka bisa kapan saja menanyakan kabar saya, dan sayapun sering ‘mengabarkan’ keseharian saya melalui foto-foto (normal) hasil jepretan seadanya kepada mereka.


“Devina gemukan yah.” Itu komentar seorang Tante saya.
“Makanan di sana kayanya enak-enak.” Itu komentar Om saya.
“Jaga kesehatan dan tetap semangat yah Dev.” Itu juga komentar Om saya berkaitan hujan badai yang terjadi di daerah saya belakangan ini.

Tambahan:
Bagaimana kalau seandainya saya yang berkomentar di wall atau foto Papa teman saya seperti ini, “Om seksi deh, terlihat awet muda. Ga nyangka kalo anak Om temen saya. Kapan-kapan saya main ke tempat Om deh. Om lagi sibuk apa?”

2 komentar:

  1. hihhh emang oom/tante paling hobi ngatain orang gemukan :S heheheh

    BalasHapus
  2. hahaha. yah begitulah mereka, kalo kurus (sedikit) kok ga komen yah :D btw, thanks dah mampir ;)

    BalasHapus

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)