Jumat, 28 Januari 2011

Art of Giving ;)

"Hey Mom, makasih nyah.." Nyah, nyah, nyah. Begitu suara tawa saya waktu itu.
"Kenapa?" Seperti biasa Momz menjawab dengan pertanyaan, dan saya yakin dia menjawabnya dengan senyum tertahan.
"Terima kasih karena kebiasaan Mom ngasih-ngasih barang, bantuan dan segala macemnya itu menular ke aku dan adik-adikku."
"Apa kebiasaan itu menjadi beban?" Lagi-lagi Momz bertanya.
"Kadang..." Jawab saya tertahan.
"Kamu ngasih orang dengan mengharapkan sesuatu yah?" Momz terkekeh di ujung sana.
"I-yah..." Jawab saya lemah.
"Apa?"
"Ucapan terima kasih."
"Emang ucapan terima kasih penting? Kalau Mama lebih memilih dikasih barang lagi, atau diganti uang. Hahaha." Kali ini Momz tertawa lepas.

---

"Devina mah ga usah dibayarin, yang ada dia yang harusnya bayarin kita. Hahaha.." Saran seorang sahabat.
"Oh, yah udah sekalian aja." Bukan maksud saya sombong, berhubung makanan yang kita makan 'ga mahal-mahal amat', masih lebih murah sedikit dibanding harga satu venti caffe latte di Starbucks, sekali-kali gpp lah :)
"Eh, becanda kok Dev. Tapi kalo emang beneran mau bayarin ga nolak juga sih Dev. Hahaha.."
---
"Gimana cara kita bedain orang yang bener-bener butuh ditolong sama orang yang pura-pura butuh pertolongan?" Tanya seorang sahabat.
"Yah.. Elo beneran mau nolong dia ga? Tergantung niat loe lah." Jawab saya.
"Emang siapa sih?" Tanya saya lagi.
"Itu.." Sahabat menunjuk ke arah seorang pengemis di tangga jembatan.
"Ya elah, mau nolongin orang mikirnya lama banget. Elo kalo jadi dokter jaga di emergency, pasien loe mati duluan!" Sahabat saya yang lain berjalan menghampiri kakek pengemis itu dan menaruh (selembar uang 5 yuan) di mangkok kaleng kakek pengemis itu.
"Yuk De.." Sahabat saya yang baik hati itupun memanggil saya untuk melanjutkan perjalanan.

Memberi, menolong, membantu, menyumbang sepertinya maknanya tidak sama, biar efeknya lebih terasa (dramatis) kegiatan-kegiatan itu sebaiknya ditujukan untuk kaum papa, orang yang benar-benar menderita sengsara. Pilihlah organisasi-organisasi kemanusiaan yang benar-benar menaungi mereka yang memang tidak mampu. Sayapun bingung, apa batasan ketidak-mampuan mereka? Mungkin seorang sahabat hanya akan memberikan pertolongan (dalam hal ini finansial) kepada orang yang benar-benar melarat, semelarat-laratnya. Kalau dia masih punya rumah walaupun kontrakan sepetak, dengan anak 4, dan masih mampu mencari uang dengan mengumpulkan sampah dan menjadi tukang parkir, yah.. Itu masih 'mampu' lah. Padahal ke 4 anaknya tidak bersekolah, tapikan mereka masih bisa makan, walaupun sehari sekali. Sayapun menjadi bertambah bingung, berarti kalau saya mau menyumbang saya harus memastikan dia benar-benar tidak punya apa-apa, dan sepertinya susah juga mencarinya. Satu-satu akan saya datangi kolong-kolong jembatan, satu-satu akan saya wawancara calon-calon penerima sumbangan saya, kalau perlu disertai alat deteksi kebohongan. Saya tidak suka dibohongi! Saya hanya mau membantu mereka yang benar-benar butuh! Saya tidak ingin bantuan saya menjadi sia-sia, untuk mereka orang-orang malas!

"Capek juga Mom, selalu memberi.."
"Eits! Berarti kamu mengharapkan balasan dong?" Belum selesai saya berbicara Momz sudah menyelak.
"Eh.."
"Kamu bilang, kamu capek selalu memberi berarti kamu berharap sekali-kali menerima sesuatu kan?" Momz berkesimpulan.
"Eh, iyah juga sih Mom."
"Mereka maksa kamu untuk memberi?" Momz bertanya.
"Enggalah!"
"Alasan kamu memberi?" Tanya Momz lagi.
"Aku seneng aja kalo ternyata mereka seneng sama barang yang aku kasih."
"Apa kamu butuh sesuatu dari mereka sebagai imbalan?"
"Engga.."
"Berarti udah cukupkan? Cukup sampai senyum dan senangnya mereka itu, toh kamu ga butuh apa-apa lagi."
"Tapi Dev, memberipun tidak bisa dipaksakan, kalo kamu lelah, yah berhenti. Kalo kamu ga niat, yah ga usah. Apalagi kalo kamu merasa tidak dihargai, yah ga usah terus-terusan memberi. Percuma, pemberian kamu itu malah akan menjadi beban untuk mereka, kan ga ada harganya."


The Arhat's Temple (罗汉寺庙)

2 komentar:

  1. Konsep memberi mom : Membangun sebuah padepokan ga jelas di daerah jawa dengan harga yang terbilang lumayan.

    BalasHapus
  2. Amal Feb, katanya. Rumahnya ga jadi kebeli deh :D

    BalasHapus

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)