Tampilkan postingan dengan label makassar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label makassar. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Januari 2024

Pembuatan SKCK Penduduk Non Permanen

Hi guys! Tumben nih saya tidak bercerita di sini justru mau berbagi pengalaman dan informasi penting, bagi yang membutuhkan. Siapa tahu kalian salah satunya :-) 

Btw, terakhir saya posting di sini November 2022 dan sekarang sudah Januari 2024, luar biasa cepat waktu berlalu yah.. Selamat tahun baru 2024 man-teman 🥳 

Berhubung bulan-bulan belakangan ini saya sedang berkutat dengan pembuatan surat-surat di kantor pemerintahan, dan sedikit sekali informasi yang saya dapatkan sehubungan dengan cara pembuatan/ perpanjang Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) untuk penduduk yang tidak tinggal sesuai alamat yang tercantum di KTP nya. Sebagai contoh, saat ini saya tinggal atau berdomisili di Makassar dan alamat KTP saya di Jakarta, dan saya tidak berniat untuk mengganti alamat KTP ataupun tinggal menetap selama lebih satu tahun sehingga saya harus membuat Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan tempat tinggal saat ini, dan sekarang ditambahkan Bukti Verifikasi Dukcapil. 

Berikut syarat-syarat dan cara mendapatkannya, saya lengkapi juga nomor telepon yang bisa dihubungi jadinya kalian tidak perlu lagi mengoogling satu-per satu seperti saya :-( SKCK bisa didapatkan di Kantor Kepolisian, untuk keperluan pmberkasan atau pendaftaran pemerintahan, untuk kasus saya pengangkatan PPPK, disarankan kalian pergi ke Polrestabes atau Polda setempat. Namun, sebelum kalian ke sana, kalian harus persiapkan kelengkapan dokumennya terlebih dahulu. Kalian bisa lihat di website Polrestabes atau Polda setempat. Namun, kasus saya kemarin, ternyata ada tambahan foto kopi kartu BPJS dan verifikasi Dukcapil tadi. 

1. Pergi ke rumah Bapak RT, kalau saya langsung skip ke rumah Bapak RW untuk minta surat rekomendasi pembuatan SKCK dan Surat Keterangan Domisili. Jangan lupa KTP kalian yah... 

2. Pergi ke Kantor Kelurahan tempat kalian tinggal dengan membawa surat rekomendasi RW dan KTP kalian. Nanti dari kantor Kelurahan akan keluar Surat Keterangan Domisili dan Surat Rekomendasi Pembuatan SKCK untuk ke Kantor Polres terdekat (sudah tidak diperlukan lagi kalau kalian bukan penduduk asli dan kalian langsung mengurus ke Polrestabes. 

3. Setelah keluar Surat Domisili, kalian bisa membuat akun di https://penduduknonpermanen.kemendagri.go.id/ untuk pendaftaran penduduk non permanen untuk memverifikasi keberadaan kalian saat ini oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil). Ingat kalian tidak bisa langsung mendapatkan keterangan penduduk non permanen tersebut, akun kalian harus diverifikasi oleh Dukcapil Pusat (?) atau Dukcapil tempat asal atau alamat KTP kalian (?). Kasus saya Dukcapil Jakarta Selatan, untuk verifikasi akun saja kalian butuh waktu 2-3 hari kerja atau mungin lebih. Jangan harap kalian mendapatkan pemberitahuan kalau akun kalian berhasil dibuat karena status akun saya setelah saya klik daftar, tetap muncul tulisan harap tunggu. Namun, saya sudah bisa log in di website tersebut, perhatikan notifikasinya. 

4. Saya mendaftar Senin pagi, keluar notifikasi akun terverifikasi (setelah saya WA, mengirimkan email dan pertanyaan di website Lapor Kemendagri karena saya takut kalau pendaftaran akun saya tidak berhasil) Selasa sore saya mendapatkan notifikasi kalau akun sudah terverifikasi. Lagi-lagi cek di websitenya dan email kalian. 

5. Setelah akun terverifikasi baru kalian bisa mengajukan permohonan untuk pembuatan keterangan penduduk non permanen sesuai alamat kalian yang sekarang. Hati-hati dalam mengklik jangka waktu berlakunya, karena satu kolom tersebut berlaku saat ini sampai maksimal setahun setelahnya. Saya mendaftar menggunakan handphone jadi tidak klik friendly, formatnya nanti: 2024/10/01 2024/31/12. Kalaupun salah kalian bisa membatalkan dan membuat baru lagi kok. Kali ini yang akan memverifikasi adalah Dukcapil tempat tinggal kalian sekarang, kasus saya, Dukcapil Kota Makassar, saya mengisi dan mengajukan Selasa sore (17:17 WITA), Rabu pagi (07:36 WITA!) sudah ada balasannya di email saya dengan judul: Penduduk Non Permanen | Permohonan Diterima. Nanti kalian print isi emailnya ini, yang menyatakan kalian benar tinggal di alamat kalian sekarang dengan jangka waktu yang kalian input sebelumnya. 

6. Nah, barulah sekarang kalian pergi ke Kantor Kepolisian dengan membawa berkas: 
 (1) Foto 4x6, 4 lembar, latar merah, tidak pakai kacamata 
 (2) 1 lembar fotokopi KTP 
 (3) 1 lembar fotokopi Surat Keterangan Domisili 
 (4) 1 lembar print an email keterangan verifikasi Dukcapil 
 (5) 1 lembar foto kopi Kartu Keluarga 
 (6) 1 lembar foto kopi Akta Kelahiran 
 (7) 1 lembar foto kopi Ijazah terakhir 
 (8) 1 lembar foto kopi kartu BPJS, kalau kartu BPJS online, bisa kalian print terlebih dahulu 

Untuk perpanjangan SKCK ditambah: 
 (9) kartu identitas sidik jari, kalau saya, saya fotokopi juga 
 (10) 1 lembar foto kopi legalisir SKCK lama atau SKCK lamanya kalian bawa juga 

7. Mengisi blangko Daftar Pertanyaan Surat Keterangan Catatan Kepolisian dan Kartu Tik yang dibagikan atau tersedia di sana. Jangan dikosongkan yah. 

8. Kalau kalian baru membuat, nanti kalian diarahkan untuk pembuatan kartu rumus identitas sidik jari. Kalau perpanjangan kalian langsung mengumpulkan berkas yang di atas tadi, diklip jadi satu dan menunggu. 

Selamat berjuang man-teman :-) 

Berikut saya sertakan nomor-nomor yang mungkin kalian butuh dan bisa kalian hubungi kalau ada kendala atau butuh informasi tambahan: 

- Halo Dukcapil (untuk status/progress verifikasi akun kalian) 
Ditjen Dukcapil Hotline : 1500537 
WA : 08118005373 
SMS : 08118005373 
Email : callcenter@dukcapil.kemendagri.go.id 

- Hotline Pengaduan Dukcapil Kota Makassar: 081247857878 082187271887 

Salut sih untuk customer service atau call center nya Dukcapil Makassar, gercep banget, langsung dibalas waktu saya bertanya bagaimana proses verifikasi domisili. Oiyah, kalian tidak perlu datang ke kantor Dukcapilnya yah, karena semua prosesnya sekarang online.

#cpns #pppk #skck #domisili #dukcapil #polrestabes #penduduknonpermanen

Minggu, 08 Mei 2016

I Am (not) So Happy Customer

Sabtu pagi, dalam rangka long weekend, saya menyempatkan diri untuk ‘berkunjung’ ke mall wah di dekat rumah. Saya sengaja datang bertepatan dengan jam buka mall, jam sepuluh pagi lewat sedikit lah. Pada jam segitu pun pengunjung mall sudah mulai ramai. Saya langsung menuju ke gerai ATM. Yups, tujuan saya ke mall memang bukan untuk window shopping, sekedar jalan-jalan menghabiskan waktu liburan, apalagi temu kangen dengan teman-teman. Dari empat hari libur long weekend, tanggal 5 sampai 8 Mei 2016 hari Kamis sampai Minggu, saya hanya ‘kebagian’ hari Sabtunya saja, sisanya yah saya (ada jadwal) jaga, entah pagi atau malam. Jadinya, saya memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya. Tujuan saya pertama adalah ke gerai ATM, untuk bayar biaya pemeliharaan lingkungan komplek rumah, top up kartu Flazz, mengganti nomor PIN kartu ATM yang baru dibuatkan kantor dan transfer uang untuk ‘barang dagangan’. Untungnya gerai ATM di mall tersebut masih sepi, saya hanya bertemu satu mbak cleaning service yang sedang menyapu sambil berkaca di dinding cermin gerai. 

Setelah selesai urusan pencet-memencet tombol, saya segera bergegas ke lantai atas untuk menukarkan botol-botol bekas ‘kosmetik’. Cih, jangan dibayangkan serangkaian botol produk kecantikan dari pembersih wajah, pelembab, alas bedak dan sebagainya. Nope. Saya hanya membawa 3 botol, salah satunya tempat bedak sih. Kenapa saya niat banget ke mall untuk menukarkan botol-botol bekas tersebut? Kebetulan toko tempat saya membeli produk kecantikan tersebut sedang ada promo, menukarkan botol bekas produk mereka dan mendapatkan diskon 50% (untuk produk-produk tertentu). Jikalaupun (bahasa apa ini?) Anda tidak berniat menggunakan promo tersebut, botol-botol tersebut masih bernilai 1 poin per satu botol, yang nantinya diakumulasi di akhir tahun dan bisa ditukarkan dengan berbagai merchandise lucu. Saya lebih memilih pilihan yang kedua, karena biasanya merchandise nya memang cantik, seperti diary dengan design yang fresh atau tote bag untuk tas belanja dengan design unik.

Bergegaslah saya ke lantai atas, terlihatlah dua SPG perempuan, satu sedang serius mengepel dan satu bertugas menyapa sekaligus melayani customer yang datang. Sebelum saya, ternyata sudah ada satu ibu dengan anak perempuannya,  yang mungkin berusia 10 tahunan, sedang asyik memilih-milih produk diskon yang terpajang di display di tengah toko. Begitu saya masuk, segera Mbak yang bertugas menyapa datang menghampiri saya. “Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?” Begitu sapanya, tanpa senyum, tanpa emosi, tanpa intonasi seperti robot yang mengucapkan kalimat yang berulang. “Terima kasih, saya lihat-lihat dulu.” Saya menjawab dengan senyum dan melihat-lihat. 

Jam berapa ini? Sepertinya baru setengah jam berlalu setelah mall buka, masa sih si Mbak sudah lelah? Ah, mungkin dia bukan tipe morning person, yang kalau pagi-pagi bawaannya selalu jutek. Atau mungkin dia belum sempat ngopi atau sarapan pagi. Bisa jadi si Mbak sudah datang sejak Subuh untuk mengatur dan membersihkan toko atau menghitung stok semalaman. Oh, atau si Mbak lagi ‘dapet’ hari pertama, jadi wajar kalau dia menahan nyeri perutnya. Banyak kemungkinan yang membuat si Mbak menjadi lemah, letih, lesu, tidak bersemangat, bermuka masam (walaupun full make up) di pagi hari itu. 

Oiyah, apa si Mbak terlihat pucat? Ah, saya lupa mengeceknya, tapi tidak sopan sepertinya kalau tiba-tiba saya ‘mendelikkan’ kelopak matanya untuk melihatnya. Namun, sepertinya si Mbak memang agak pucat di balik dempulan bedaknya. Tapi bisa jadi karena dia memilih rona bedak yang agak putih dari warna kulitnya, sehingga menimbulkan kesan pucat, ditambah pilihan eyeshadow berwarna biru muda. Kenapa saya bisa tahu? Selama saya memilih-milih produk, si Mbak tetap mengikuti saya dan beberapa kali saya menangkap dari sudut mata (saya lirik-lirik gituh) kalau si Mbak meperbaiki riasan wajahnya, entah bulu mata, rambut atau sekedar bercermin di dinding toko yang memang hampir semuanya dilapisi cermin.

‘Discount 50%’ saya meilhat banner merah di depan produk handcream lucu, bertanyalah saya “Mbak, handcream nya masuk ke promo penukaran botol yah?” Dengan antusias saya bertanya. “Iya Mbak, tapi untuk pembelian 3 botol.” Jawab si Mbak singkat, lagi tanpa senyum, tanpa intonasi. “Waduh, untuk apa juga yah Mbak beli 3 botol, mau dijual lagi apa iya..” Jawab saya berusaha melucu, maksud hati membantu si Mbak meringankan suasana hatinya. Saya ambil salah satu botol handcream nya, ternyata tanggal expired nya tidak lebih dari satu tahun. Kalaupun saya beli tiga botol sekaligus kapan habisnya yah, setahu saya tangan saya cuma sepasang, alias dua, kiri dan kanan. Sayapun bukan tipe orang yang rajin memakai lotion-lotion atau krim-kriman. Saya sekedar suka bentuk dan warna-warni tube nya.
   
“Kalau ini apa Mbak?” Saya ambil sebuah botol sprayer orange langsing dari display. “Spray untuk menyegarkan wajah.” Again, singkat, padat dan jelas. Saya bisa baca sih tulisan di botolnya ‘face spray freshener’. “Jadi dipakenya sesudah pake bedak atau sebelumnya Mbak?” Tanya saya penasaran. “Bisa dua-duanya, sebelum bisa, sesudahnya juga bisa.” Sebenarnya saya masih penasaran, maklum saya kurang mengerti fungsi dari produk-produk kecantikan. Kalau seandainya dipakai sesudah pakai bedak dan produk kosmetik lainya, bukannya nanti luntur yah?

Berjalanlah saya menuju counter cashier, karena saya sudah mendapatkan produk yang saya mau (mungkin si Mbak sudah bisa bernafas lega). Eh, tiba-tiba saya teringat sesuatu, berhentilah saya di tengah-tengah, Mbak di belakang sayapun ikut mengerem ‘ckiettt’ (lebay deh..). “Mbak, kalo deodorant yang spray ada ga Mbak, yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak meninggalkan bekas di baju?” Tanya saya sambil menoleh ke si Mbak di belakang. “Ga ada Mbak, tapi adanya ini..” Diambilkannya satu botol hitam dari rak display yang memang tepat di sampingnya. “Ini Mbak, tapi buat cowok. Enak kok baunya, saya juga suka.” Wew, tumben si Mbak memberikan rekomendasi dan menjelaskan dengan sedikit emosi. “Coba deh Mbak..” Wow, kemajuan si Mbak melanjutkan kalimatnya. Crot.. Saya semprotkan di pergelangan tangan, bingung juga sebenarnya di bagian mana saya harus mencoba deodorant spray cair, masa langsung di ketek. Yah, saya anggap deodorant sejenis parfumlah, karena yang mau dirasakan di sini adalah aromanya.

Sambil menggosok-gosokkan pergelangan tangan, saya berjalan ke cashier, kali ini tanpa berhenti. Saya serahkan member card, sambil mencium-cium pergelangan tangan saya. “Waduh, saya jadi bau cowo!” Lucu juga ekspresi si Mbak ketika mendengar komentar saya, dia terkejut dan setelahnya muncullah ekspresi ‘aneh banget sih nih orang, udah dikasih tau juga tadi kalo untuk cowo..’

Oiyah, saya bukan tipe customer yang nanya-nanya tapi tidak jadi beli yah (kadang begitu juga sih), saya beli beberapa barang kebutuhan saya kok, dan bukan produk diskon yah. Kalau tipe pelanggan yang bawel, bisa jadi sih. Pagi-pagi sudah tanya ini-itu ke Mbak SPG nya, tapi pertanyaan saya wajar kok, karena saya penasaran dengan produknya. Kan lumayan kalau saya tertarik untuk beli. Dari awal masuk sampai saya selesai transaksi, si Mbaknya tidak pernah senyum loh. Tidak salah sih, karena si Mbak tetap melayani saya dengan standard prosedur yang benar, tapi rasanya ‘asem’, ‘kecut’, membuat pagi sedikit lebih suram. Rasanya sayang, sudah dandan cantik-cantik tapi kok tidak senyum dan tidak bersemangat. Mungkin ini efek yang saya bawa dari bekerja di perusahaan yang mengedepankan semboyan 5 S: senyum, salam, sapa, sopan, santun dan satu lagi Semangat Pagi!   
Semoga setelah saya keluar dari toko itu, si Mbak bisa tersenyum (dan bernafas lega) 'akhirnya pelanggan annoying yang bawel luar biasa pergi juga, untung dia belanja..' Semoga...

Jumat, 09 Oktober 2015

Go-Jek Makassar


Sumber gambar sini

Suasana istirahat (makan) siang di Poliklinik kami yang sederhana, namun serba ada, yang selalu dijadikan pantry dan tempat bobo siang favorit bagi karyawan-karyawan (tertentu).  Pastinya tempat hang-out yang hiets di kantor (maksudnya sebagai tempat asyik untuk ngerumpi dan ngegosip).

Suster : Pak J (seksi sibuk di kantor) apa password email nya? (sibuk pencat-pencet dua smartphone di depannya)
Pak J : Itu tuh.. (sambil menunjuk potongan kertas post-it di meja dalam ruangan, sambil sibuk mengunyah nasi cemilan plus ikan(g) goreng plus Indomie siram plus sambal balado sachet)
Me : Kalian lagi sibuk ngapain sih? (kebiasaan kepo pengen tau semua kegiatan orang)
Suster : Ini dok.. Pak J mau daftar gojek? (masih sibuk pencat-pencet smartphone)
Me : Lumayan tuh Pak buat nambah-nambahin uang jajan. Kalo ada waktu kosong ambil aja orderannya Pak.
Pak J : Iya dok, saya kan dalam masa pertumbuhan ya dok (ke samping).. Jadi masih butuh banyak cemilan bergizi (tepok jidat dah, secara si bapak usianya 30 an, ukuran bajunya  L menuju XL). Udah belon? (masih mengunyah nasi campur Indomie siram)
Suster : Udeh..  Nih.. (menyodorkan smartphone Samsung yang berusia baru 2 minggu hasil penukaran promo Telkomsel). Dok, tapi kok vouchernya ga masuk yah?
Me : Voucher apaan Pak? Katanya daftar gojek kok ada vouchernya?
Suster : Daftar aplikasinya dok, download gojek dapet voucher lima puluh ribu. Itu Pak J dikirimin BM* dari A (staff IT) untuk dapetin vouchernya dok. Bukan daftar jadi supir gojeknya...
Me : Ah.. Download aplikasinya yah.. Vouchernya mah buat bayar abang gojeknya kalo pake jasa gojeknya. Nanti dipotong dari situ. Lah, bukannya Pak J ada motornya?
Pak J : Ada dok.. Pikir saya vouchernya bisa buat bayar makan. Hahaha...

Me : Wah.. Jadi kepikiran nih, saya juga blum makan. Gimana kalo pesen risoles mayo pake gojek aja? (teringat ada vendor risoles mayo dekat-dekat kantor yang join di gojek).
Pak J : Wah.. Ide bagus tuh dok, mumpung saya blum terlalu kenyang dok. Hahaha... (sambil membereskan kotak-mangkok bekalnya)
Me : (membuka aplikasi, pilih go-food nya, pilih vendornya, pilih menunya, tentukan jumlah, voila! Mari menunggu beberapa saat sebelum ada abang gojek yang mau mengantar)
Pak J : Saya ke pos security dulu yah.. Tunggu makanan... (Semangat banget Pak J)

Kring.. Kring..
Me : Halo...
Dia (abang gojek) : Siang Ibu.. Saya dari gojek, mau bertanya, posisi ibu di mana ini?
Me : PT. Lola-Lola Pak...
Dia : PT. Lola-Lola di mananya bu? Di seberangnya atau di sampingnya? (Pertanyaan yang aneh)
Me : Di dalamnya Pak.
Dia : Posisi tepatnya di mana bu?
Me : Di Poliklinik nya Pak, kalo bapak mau masuk. Kalo ndak di pos security depan juga ndak pa-pa.
Dia : Oh.. Baik Ibu. Saya menuju ke sana... (terputus)

Kring.. Kring...
Me : Iya Pak?
Dia : Ibu, saya ke tempat ibu dulu di PT. Lola-Lola atau bagimana?
Me : Pak.. Saya ndak minta dijemput, saya pesan makanan pak, risoles yang ada di jalan bla-bla.
Dia : Oh.. Baik Ibu, berarti saya ke jalan bla-bla dulu... (terputus)

Kring.. Kring...
Me : Sudah Pak?
Dia : Ibu, saya sudah di jalan bla-bla. Ibu posisi di mana?
Me : Saya di PT. Lola-Lola Pak!
Dia : Jadi saya bagaimana ini ibu?
Me : Bapak belikan dulu risolesnya di sana, bayarkan dulu pak, baru nanti saya bayar di sini...
Dia : Ibu.. Bu.. Ibu.. Kok suaranya putus-putus bu? Bu? (terputus)

Memang sih setelah itu hape saya mati, habis batere, tapi sebelumnya saya sempat sms dengan jelas: Pak, saya pesan risoles mayo di jalan bla-bla nomor sekian, sebanyak sekian buah. Diantar ke PT. Lola-Lola di jalan ini. Tolong dibayarkan dulu. Terima kasih.

Perasaan berkali-kali saya pakai aplikasi go-food nya gojek, ga pernah gini-gini amat. Kan di sana sudah ada nama vendornya, apa yang saya pesan, berapa jumlah dan berapa perkiraan biayanya. Kok ini abang gojeknya, berpikir kalau saya yang minta dijemput yah?
Me : Sus.. Pinjam dulu chargernya...

Tok-tok-tok.. Kriet... (suara pintu diketuk dan dibuka)
Me dan suster : Akhirnya...
A (staff IT yang bikin heboh dengan BM voucher gojeknya, melongok ke dalam) : Yah ampun.. Ga usah segitunya kalieh. Kangen yah sama saya? Hahaha...
Suster : We.. Bukanlah. Dokter lagi tunggu pesanan gojek...
A : Ih, saya juga baru-baru pesan dok. Baru aja saya selesai makan.
Suster : Pesan apa emangnya tadi?
A : Pesan nasi ayam di Resto Itu (sambil menunjukan history pesanan di smartphonenya). Ini.. Gratis loh dok makanannya, cuma bayar sepuluh ribu buat biaya antarnya.
Me : Hah?! Ga bayar gituh?
A : Engga dok, orangnya cuma saya kasih sepuluh ribu dok, terus langsung pergi, Kan ada voucher yang lima puluh ribu itu, kayanya dipotong dari situ deh dok...
Me : Eh, enak bener. Setauku, dari pengalaman beberapa kali pesen makanan pake gojek, makanannya aku yang bayar sendiri. Emang sih abangnya yang bayarin dulu pas diambil di restonya, tapi nanti diganti uangnya. Sepuluh ribunya mah ongkos kirimnya aja.
A : Masa sih dok, kan ada vouchernya (pencat-pencet smartphone). Iya dok.. Vouchernya cuma kepotong sepuluh ribu... (eng.. ing.. eng..)
Suster : Nah loh, dosa loh. Ngutang sama orang ga dibayar. Kasian itu tukang gojeknya.
A : Ah.. Jadi ga enak, telpon lagi deh gojeknya. Untung masih ada nomornya... (keluar menelpon).

Muncul pemberitahuan di ponsel saya : Your driver is on the way to PT. Lola-Lola. Your estimated cost is about Rp 25.000.

Me : Udah mau nyampe nih makanannya. Tapi kok dua puluh lima ribu yah? Kok murah banget yah risoles sebanyak itu?
Suster : Alhamdullilah.. Mungkin betul si A dok, vouchernya bisa dipake untuk bayar makanannya. Disyukuri aja dok. Niat baik berujung baik dok...
A : (masuk kembali ke ruangan) Sudah dok? Asyik, makan lagi.

Kring.. Kring... (telpon kantor kali ini, si suster yang angkat)
Suster : A! Tuh, abang gojeknya udah ada di pos security. Sedang menuju ke poliklinik katanya.
A : Loh, kok gojek saya duluan yang datang yah dok? (keluar ruangan)
A : (masuk lagi) Ternyata bayar tiga puluh ribu. Mahal. Ga enak lagi nasi ayamnya...
Suster : Iya.. Ga enak soalnya bayar. Coba gratis. Hahaha...
Me : Ini kok lama banget yah abang gojeknya? (40 menitan lebih kayanya, padahal jarak dari PT. Lola-Lola ke sana tidak sampai 15 menit dengan motor)

Sms ke abang gojek : Sudah di mana?
Dia (via sms) : Maaf bu, saya pikir di cancel. Habis saya telpon tidak nyambung-nyambung. Jadi bagaimana pesanannya bu? Saya sudah pulang ke rumah di jalan itu bu. (Jalan itu jaraknya agak jauh dari kantor, kurang lebih 20 menitan dengan motor).
Me : Yah ampun, abang gojeknya ternyata pulang! Ga jadi dia beliin risolesnya. Yah elah, dari tadi kek bang. Ga jadi neh kita makan risoles mayo. Lapar dah... (kriuk.. kriuk...)

Beberapa saat kemudian,  muncul pemberitahuan di layar ponsel saya: Thank you for using Gojek.

Eng.. Ing.. Eng...

Note: Emang sih saya ga rugi apa-apa, kecuali korban PHP* dan menderita kelaparan sementara, tapi ini si Abang Gojek nya emang polos dan ga ngerti apa-apa seperti si abang nya A, yang tanpa sengaja membayarkan makan siangnya si A. Atau ternyata abang gojek saya ini, sama seperti abang-abang gojek lain yang marak dilaporkan di situs-situs sosial itu? Ah, entahlah Abang M. Rez* P.

Sumber gambar sini

Oiyah, Go-Jek baru beroperasi tepat 2 bulan di Kota Makassar ini :-)

*BM : broadcast message (oleh BBM)
*PHP : pemberi harapan palsu


Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)