Senin, 24 Mei 2010

Desire Me (by Escada)

Keberadaan saya selalu dinanti-nantikan pria, di dalam mimpi, khayalan dan kenyataan mereka. Mata mereka mencari-cari, jantung mereka berdebar-debar, mengharapkan kehadiran saya. "Sakit jiwa!" Celetuk sahabat wanita saya. Nope, begitulah kenyataannya honey. Awalnya saya tidak tahu dan tidak peduli. Toh, apa gunanya bagi saya? Agaknya merepotkan (kalau harus) menjalani keseharian disertai desahan nafas tertahan dan tersendat-sendat. Saya seperti allergen penyebab serangan asthma, dan mungkin jantung.

Mereka menginginkan saya, bukan hanya sebagai 'hiasan' yang bisa dipajang. Ego pria yang menginginkan wanita cantik (walaupun tidak begitu pintar) sebagai pendamping hidup. Sayapun tidak menyalahkan wanita yang menginginkan pria mapan (walaupun tak rupawan) sebagai pilihan akhir. Saya juga menjadi 'jimat' bagi mereka, pembawa hoki dan sumber inspirasi. Pertanyaan saya kadang dijadikan pertanda. "Apakah besok akan turun hujan?" Jelas-jelas saya bertanya. Bukan jawaban yang saya dapatkan karena keesokan harinya mereka ramai-ramai membawa jas hujan dan payung. Apakah hari itu hujan turun? Secara kebetulan iya. Dibilang kebetulan juga tidak karena memang dua minggu ini cuaca selalu cerah dan terik, tiba-tiba angin sejuk berhembus kemarin sore.

Boleh jadi saya adalah harapan dan keinginan mereka. Namun, saya adalah bencana bagi ibu-ibu mereka, atau kekasih dan isteri mereka. Saya adalah kabut tebal yang mengisi celah-celah sempit otak mereka. Mereka tidak lagi menjadi anak yang penurut, kekasih dan suami yang setia. Mereka memberontak. Tidak heran, cercaan dan makian juga menemani hari-hari saya, selain pujian dan rayuan yang selalu saya dapatkan. Apakah saya sengaja menggoda mereka dengan penampilan yang menggoda dan wah? Bukan gaun tipis dan ketat yang saya kenakan. Bukan merah pilihan warna saya. Mereka menganggap saya sebagai gelapnya malam yang nyata-nyata gelap dan tidak terlihat, menyergap, dan memeluk erat pikiran-pikiran mereka. Mereka tidak mendeskripsikan saya sebagai soma, bukan geliat dan liukan tubuh, bukan gesture dan tekstur. Hanya serupa bayangan hitam pekat.

Argh, kali ini saya harus meyakinkan para ibu. Tidak untuk kekasih dan para isteri. Saya tahu, mereka (para ibu) juga menginginkan saya. Ibu mana yang tidak ingin anaknya berhasil dan sukses. Ibu-ibu menjadi ragu ketika anak mereka bertemu dan bisa meraih saya dalam dekapan (pikiran) mereka, apakah kelak anak lelaki mereka akan bahagia? Mereka takut untuk menanyakan langsung kepada anak lelaki mereka. Saya pernah bertanya, apakah kalian bahagia? Lelaki-lelaki itu menjawab dengan mantab dan lantang "Ya! Kami bahagia! Kamu adalah teman, sahabat, pasangan, kekasih, guru dan ibu bagi kami." Hah?! Mereka menganggap saya sama seperti Ibu mereka?! Bayangan hitam.

2 komentar:

  1. Kunjungan perdana. Berkunjung di waktu Jakarta sering dilanda hujan sore hari. Cuaca yang aneh.
    Baca-baca dulu ya, nanti komentar.
    Salam sukses
    http://PakOsu.wordpress.com

    BalasHapus
  2. terima kasih sudah berkunjung :)

    BalasHapus

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)