Minggu, 08 November 2009

Menyerah 2

Ada sisi kosong di tengahnya, tumpukan kertas menutupi sebuah benda di bagian tengahnya, dan ternyata tidak sepenuh yang saya kira. Iseng, saya ambil benda itu. Wow. Itu 'bong'! Dari mana saya bisa tahu kalau itu 'bong', yang jelas selama itu (masa dari saya lahir sampai detik itu) saya belum pernah melihat langsung dan menyentuh langsung benda tersebut. That was my first experience with bong. Haha. Saya tahunya yah dari tayangan televisi, film dan lain sebagainya. Segera saya letakan kembali ke dalam lemari, menutupinya kembali dengan kertas-kertas. Takut-takut saya menemukan benda aneh lainnya, suntikan kek, pil-pil anehlah. Keringat dingin mengucur. Serem, jangan-jangan nanti saya dipaksa ikutan 'party' nya si Bapak. Saya harus segera pulang ini. Kriet. Upss.

Bertepatan dengan tertutupnya lemari kaca itu, wajah si Bapak muncul dari arah tangga, dan sepertinya dia mendengar suara 'kriet' tadi. Deg-deg. Si Bapak berjalan dalam diam menghampiri saya, dan diletakannya nampan beserta dua gelas jus jeruk di lantai, di hadapan saya. Si Bapak pun ikutan duduk di lantai, di sebelah saya. “Minum Dev” disodorkannya sebuah gelas. Bimbang. Minum engga, minum engga. “Tenang, ga ada apa-apanya kok. Cuma aer jeruk. Kalo ga percaya tanya aja si mbak di bawah.” Ups, ternyata keraguan saya cukup nyata dan terbaca oleh si Bapak. Kepada DIA saya berserah. Gluk, gluk. Pusingkah saya? Melayangkah saya? Ternyata tidak. Fiuh.

“Dev, aku tau. Kamu tadi sempet liat kan?” Duh, si Bapak ini becanda yah, bukan cuma liat Pak, saya juga sempet pegang-pegang dan mengamati 'mainan' Bapak itu. Saya mengangguk pasrah. Berbohong tidak akan menyelesaikan masalah, dan pada saat itu saya tegang, dan tidak mungkin mengarang alasan. “Dulu aku kaya kamu, dari sd sampe sma selalu ranking dan juara. Anak baik-baiklah.” Ternyata si Bapak mulai berkisah. Duduk bersandar pada dinding dan tatapannya tampak kosong menatap langit-langit. Saya hanya diam mendengarkan, sambil tetap memegang gelas berisikan jus jeruk. “Pas kuliah, aku mulai bosan Dev. Tampaknya semua sia-sia. Buat apa sih ranking-rankingan, buat apa sih serius belajar. Ga ada ujungnya dan ga ada gunanya.” Si Bapak masih menatap kosong langit-langit, kedua kakinya diselonjorkan. Saya tetap diam. Tiba-tiba si Bapak menatap saya “Dev, kamu juga jangan kaya aku yah. Terperangkap.” Saya pikir dia akan 'mulai' membahas keterperangkapannya di dalam dunia NARKOBA. Ternyata saya salah. “Kamu juga jangan terus-terusan belajar. Percuma. Akhirnya akan sama.” Tangan si Bapak menepis udara kosong di hadapannya dan dia menggelengkan kepalanya. Hah?! Saya cuma bisa tersenyum kecut mendengarnya “Pak, masalahnya sekarang saya masih belum tau, akhirnya saya di mana. Saya masih mau kok belajar, dan itu juga bukan paksaan buat saya. Saya justru belum mau melepaskan apa yang sedang saya perjuangkan sekarang. Jadi sekarang saya mau pulang Pak.” Saya berdiri dan berjalan ke arah tangga. Pulang.

2 komentar:

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)