Rabu, 30 Desember 2009

My Way (by Frank Sinatra)
Songwriters: Revaux, Jacques; Anka, Paul (Eng Lyr); Thibaut, Gilles; Francois, Claude;

"And now the end is near
And so I face the final curtain
My friend I'll say it clear
I'll state my case of which I'm certain"

Aku merasa kehilangan. Ada sesuatu yang hilang.
Entah apa yang aku nantikan.
Menjadi akhir, menantikan awal. Persimpangan.
Titik temu, ataukah titik nadir?
Perpisahan dan penantian panjang.

Let's count the days ahead, the steps we made.
Certainly, I'll do it my way.

(Hari ini bertepatan dengan wafatnya Gus Dur, mantan presiden RI, semoga amal ibadah beliau di terima di sisi Yang Maha Kuasa)

Selasa, 29 Desember 2009

Aku Ingin Begini, Aku Ingin Begitu

Ketika saya kembali ke lingkungan awal, lingkungan tempat saya dibesarkan, dalam artian keluarga bagi saya. Semuanya menjadi normal. Hal-hal jelek dalam diri menjadi hilang, detoksifikasi, netralisasi diri. Tidak seperti adik-adik saya, karakter mereka kuat, sehingga lingkungan hanya sedikit merubah mereka. Saya? Justru lingkungan atau keadaan sekitar yang membesarkan saya. Bahaya yah. Untungnya sampai saat ini keadaan sekitar saya, manusia maupun alamnya adalah baik. Bisa dibayangkan kalau faktor jahat, buruk atau negatifnya lebih banyak. Jadilah saya seorang berandal, pembangkang, atau apalah itu.

Ketika saya kembali ke rumah, rasanya nyaman. Tidak terpikir untuk memiliki kaos seharga ratusan ribu rupiah, boots kulit seharga jutaan, mantel tebal buatan luar negeri, atau tas-tas bermerk terkenal. Nyaman rasanya bisa menjadi 'saya' tanpa label dan 'tag'.

Saya selalu mengkritik teman-teman di sekitar, yang kebanyakan wanita:
"Celana loe pendek banget sih, paha loe tuh ke mana-mana", "idih, baju loe belahannya rendah banget, mo pamer yah", "ketat banget sih rok loe", "make-up loe apa-apaan tuh, menor banget" dan lain sebagainya.

Komentar yang superfisial banget yah. Ga penting. Iri yah sama penampilan (luar) mereka? Wajarlah kalau dia pake celana (super) pendek, wong pahanya putih mulus gitu. Masalah belahan (dada), suka-suka yang punya lah. Lagian loe hidup di jaman apa sih? Jaman R.A Kartini dipingit? Sekarang tuh, jaman serba terbuka, semuanya boleh dibuka selebar dan 'seterbuka-bukanya'. Tapi resiko ditanggung sendiri yah. Gw mengeluh dan mengkritik sebanyak gw bernafas. Apa sih yang sebenernya ada di dalam benak gw? Hem, gw pengen seperti mereka. Gw pengen tubuh gw langsing, meliuk indah seperti mereka. Gw pengen hidup dengan segala kemewahan seperti mereka, yang kerjaannya shopping setiap hari. Gw pengen bisa tanpa ragu-ragu berpenampilan. Kasian banget yah, sirik tanda tak mampu tuh :p

Mungkin saya memang bukan bagian dari mereka, 'out of my league', 'not my cup of tea'. Haha. Alasan. Atau mungkin saya sedang mengalami krisis kepercayaan diri? Jadinya saya ingin seperti orang-orang yang keren, seperti teman yang pintar dan bijak. Atau teman lain, yang kebetulan cantik dan seksi. Ah, apalagi ditambah koleksi sepatu, baju, tas, mobil (dibeliin papanya), perhiasan (punya mamanya) yang berlimpah itu. Memangnya ada manusia yang sempurna? Maunya sih begitu :D

Anjing menggonggong kafilah berlalu. Terserah deh, loe mau komentar apa tentang gw, terhadap sifat dan pembawaan gw, tentang penampilan gw sekarang ini. Nyatanya loe selalu 'memandang' (baca: mengamati dan membandingkan) keadaan gw, baru setelah itu mencela. Tapi apa loe ga nyadar, potongan rambut loe skarang sama seperti potongan rambut gw lima tahun yang lalu. Jijik kata loe waktu itu ;)

Sabtu, 26 Desember 2009

Let It Be

Gw pengen bisa berkhayal seperti seorang sahabat, gw pengen bisa berkeyakinan kuat dengan apa yang gw harapkan. Tapi bukankah waktu berlalu? Bukankah keinginan tidak hanya satu? Ada yang bilang, jangan terlalu berharap, karena kadang harapan membuat kita lupa dan kecewa. Nasib katanya. Kita bisa berandai-andai memiliki istana yang indah, suami yang serba sempurna, keluarga yang lengkap dan bahagia, uang yang berlimpah dan masih banyak lagi. Namun, apakah kita dijinkan untuk merasakan itu semua? Apa memang impian itu menjadi jatah kita? Eh, siapa tahu. Namanya juga berkhayal. Nyokap gw mengajarkan, kalau kamu mau berkhayal dan berandai-andai, jangan yang remeh-temeh (maksudnya yang biasa dan sederhana), sekalian yang besar dan yang kemungkinan untuk dicapainya sangat kecil. Percuma kalau kamu diberi kesempatan untuk berkhayal, kamu hanya menginginkan kedamaian di hati dan di bumi. Sepele. Tapi, kalau itu bukan khayalan, itu sudah menjadi kewajiban kita lah. Mungkin gw harus mulai berkhayal bisa berada di 7 negara dalam waktu satu hari. Haha. Itu sih ngaco. Eh, siapa tau hal itu bisa terjadi, terserah yang mengkhayal dong.

Tapi semuanya ga lepas dari waktu (kayanya gw demen banget ngomongin waktu), kita ga bisa memburu waktu, melambatkan, atau melewatinya. Gw ga suka ujian, gw pengen gw ga usah ikut ujian. So, gw skip sampe hasil ujian itu keluar, atau sekalian sampe gw lulus kuliah. Loh, apa asyiknya? Elo ga tau apa yang elo hadapi, tiba-tiba ada hasilnya. Terus elo mo ngapain? Ujian-ujian lainnya, yang tertulis maupun tidak, yang resmi dan yang tidak, sudah menanti loe di lain waktu dan kesempatan. Sama aja kan. Kalo semuanya di skip, dilewati, bertambah pendek lah usia loe, bertambah sedikit lah pengalaman loe di bumi ini. Haha. Extreme.

Aku mau hidup seribu tahun lagi (begitu Chairil Anwar bersajak).

Jumat, 25 Desember 2009

Hari ini tanggal 25 Desember 2009, Natal. Setahun sudah terlewati lagi. Entah ke mana waktu itu menghilang. Menghilang? Sepertinya tidak benar-benar menghilang begitu saja, banyak bukti dan tanda yang menunjukkan kalau waktu tidak menghilang dan berlalu begitu saja. Canda, tawa, air mata, cerita dan kenangan selalu ada di dalam benak. Tertinggal dengan hitungan waktu yang tidak jelas berbekas. Saya ingat di awal tahun saya pernah bertemu dia, tapi kapan tepatnya, saya lupa. Namun, perasaan saya saat itu senang dan terharu, dan rasa itu terus saya rasakan sampai saat ini.

Selamat Natal :)

Rabu, 16 Desember 2009

Cuih!

Haha. Belum apa-apa sudah dibilang 'ga seru!' Sebagai manusia (teman) yang baik, saya pasrah saja deh.
Resolusi tahun ini: pasrah. Bukan berarti tidak mau berusaha, statis, dan diam.
Terserah mau dibilang, pastinya saya berusaha semampu saya, dan semoga saya tetap acuh dan tidak menjadi egois.

"Mereka yang berjiwa lemah tak akan mampu memberi seuntai maaf tulus. Pemaaf sejati hanya melekat bagi mereka yang berjiwa tangguh." Mahatma Gandhi.

Tenang, tenang saja yuk Dev :)

Senin, 14 Desember 2009

Cake Eater

Semoga tidak menjadi suatu kesalahan (fatal) untuk jiwa saya yang labil. Dia maunya serba sempurna. Saya menjadi takut, takut salah, takut tidak memenuhi standarnya. Untungnya beberapa tahun bersama, pilihan saya selalu tepat. Untuk makanan selalu enak, untuk suasana tidak ada yang bisa mengalahkan (keromantisannya), dan untuk harga, yah itu sih menjadi beban saya sendiri.

Sopan santun atau menghargai. Saya sudah ditraktir makan, selain mengucapkan terima kasih, saya juga tidak lupa mengatakan "Kok ga enak yah? Nasinya keras, lauknya keasinan." Memang saya pernah mentraktir dia? Belum.

Hadiah. Sama, saya juga akan mengucapkan terima kasih, dan untuk tahun berikutnya pilih saja salah satu mug bekas koleksi di dapur saya sebagai balasannya, yang penting kan memberi dan ikhlas.

Saya takut dengan mereka, tuntutannya tinggi, maunya banyak.

Cakenya harus enak, lembut, cokelat dan krimnya tidak boleh membuat eneg, harus ada buah-buahan di antara layer cakenya. Kalau tidak sesuai? Siap-siaplah menerima cercaan. "Cakenya aneh rasanya. Aku ga mau krimnya yah, eneg." Nah loh. Saya ambil lagi cakenya, menyisihkan krim di atasnya dan siap-siap mendengarkan analisa rasa cake selanjutnya. Argh.

Semoga tahun ini tidak.

Jumat, 11 Desember 2009

Simbiosis Mutualisme

Tergoda untuk menggoda. Jangan. Jangan. Nyonya besar mulai khawatir dan curiga. Jangan-jangan blog ini menjadi sumber masalahnya.

Don't worry hon, he won't able to leave you alone. Because you need him and he needs to be needed.
Me? I'm still able to run my 'little world' all alone. "Bah, sombong kau!" Begitu katanya.

Kurcaci

Mama menyebutnya sebagai 'nenek kecil keriput' yang suka menyuruh. Saya lebih suka menyebutnya 'setan kecil' yang selalu menghasut saya untuk membenci apapun. Apapun sebutannya efeknya tidak baik untuk saya dan orang-orang di sekitar.

===

Saya resmi menjadi kurir door-to-door. Tapi saya tidak menjamin paket Anda sampai dalam waktu kurang dari setengah jam. Saya bukan tukang antar pizza. Sayapun tidak menjamin waktu yang leluasa untuk Anda. Itu juga tidak dijamin oleh tukang antar barang profesional, bahkan kantor pos pemerintah. Setahu saya, kalau saya mendapatkan kiriman barang, tukang pos atau jasa pengirimnya akan menelpon saya dan memberitahukan kalau ada paket. Jika ingin diantar sampai ke tempat saya, maka mereka akan memberi-tahu kapan tepatnya. Sayapun mau tidak mau pulang lebih cepat dan menunggu. Berbeda kalau saya ingin mengambilnya langsung di pusat pengiriman, seperti kantor pos pusat misalnya, waktu tidak menjadi masalah, asalkan masih hari dan jam kerja/ waktu operasional mereka.

Saya hanya kurir, perantara, tidak perlu tahu apa masalahnya, beritahu saya maka saya akan dengan senatiasa mengantarkannya untuk Anda. Oh, dan waktu pengiriman bisa disesuaikan dengan jadwal Anda. Bebas biaya (apapun) loh.

Ah, maafkan hati saya yang kerdil ini, kurang peduli terhadap sekitar, terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. Mana tahu kalau ada saudara yang sakit dan yang membutuhkan bantuan. Saya hanya tukang antar, yang kerjaannya murni mengantarkan barang tanpa tahu problematika di dalamnya. Haha. Butuh imbalan yah? Maaf, maaf, maaf. Saya memang selalu meminta, tidak pernah memberi. Ingat? Saya selalu menjadi 'peserta' pertama yang datang ketika seorang teman membagi-bagi barang, dan jangan salah, saya selalu meminta yang lebih, lebih besar, lebih mahal dan lebih banyak. Maaf, maaf, maaf. Sayapun tidak akan membaginya dengan yang lain. Saya kenal 'Tuan Gubernur' yang terhormat dengan segala kekuasaannya, dan saya akan tetap diam seribu bahasa. Dia adalah 'kunci' saya.

===

Menjelang hari kelahiran, berkurangnya jatah usia saya, juga mendekati Natal dan pergantian tahun, hati saya kalut. Maaf, kalau saya menjadi sinis dan pesimis-> permohonan maaf untuk diri-sendiri :)

Minggu, 06 Desember 2009

Vampire

Sepertinya saya perlu meng'update' pemikiran saya, yang ada di dalam pikiran saya sekarang adalah, dia seharusnya sudah berumur. Semua orang berumurlah Dev. Terhitung sejak dia dilahirkan ke dunia. Maksudnya adalah dia seseorang yang dewasa. Kamu? Iya yah, saya juga sudah dewasa. Kadang saya perlu diingatkan bahwa saya bukan anak berumur dua belas tahun lagi. Dia? Tampaknya sebaya dengan saya, mungkin dua atau tiga tahun di bawah saya. Haruskah dia berpakaian minim? Spaghetti straps camisole dikombinasikan dengan micro mini skirt, ditambah untaian kalung besar-besar yang melingkari lehernya dan jatuh tepat di belahan payudaranya. Ada yang salah? Engga sih biasa aja. Walaupun setengah bagian payudaranya menyembul keluar? Itu juga biasa. Kamu lihat di mana sih Dev? Di bagian 'People You May Know' nya Facebook. Beberapa kali 'payudara menyembul' itu muncul di sana. Argh, beberapa kali pula saya mengurungkan niat untuk meng'add' nya menjadi teman saya. Tertarik? Ehem, dari segi seni dan kesehatan, saya tertarik. Penasaran juga sih. Haha. Jelas itu seni, seni menahan payudara agar hanya setengah bagian yang menyembul, alias ga bablas keluar semua. Kalau itu mah porno, saru. Kalau dari sisi kesehatan, jelas itu sehat, mulus, padat, dan terpelihara. Makanya saya jadi penasaran, apa sih tips dan triknya?

Baru beberapa hari ini saya menemukan salah satu 'saudara jauh' saya juga di situs itu. Saya baru tahu kalau ternyata dia aktif di Facebook sudah sejak lama. Ada yang menarik di sana. Selain menemukan sisi kepribadiannya yang lain, selama yang saya tahu dia itu pendiam dan cenderung kaku. Namun, siapa sangka Facebook bisa mengubah kepribadian seseorang. Rata-rata temannya adalah wanita. Wajar sih, anaknya lumayan 'ganteng', anak orang kaya pula. Tapi yang amat sangat menarik buat saya adalah: si DADA itu ada di sana! Maksudnya? Yah itu, perempuan dengan spaghetti straps camisole dan micro mini skirt dari 'People You May Know'. Dia ada di sana, menuliskan banyak komentar di wall saudara jauh saya dan men'tag' banyak foto. Hua.

Saudara jauh saya (SJS): Dingin nih...
Dada: Mau aku 'angetin' say?

SJS: Laper...
Dada: You can bite and eat me, coz you are my 'Edward Cullen' ;)

SJS: Udah ah, ngantuk nih. Nite-nite all.
Dada: Sini bobo sama aku.

HUA! Jadi deg-degan. Loh? Tenang saya normal kok. Saya jadi merasa tertinggal jauh, baru sebatas tulisan-tulisan di wall Facebook saja sudah membuat saya deg-degan. Deg-degan khawatir dan ngeri. Btw, foto-fotonya si Dada, memang benar-benar berisi dada, paha, bibir sensual, dan pose-pose menggoda. Mantab yah, betapa kuper dan naifnya saya.

Sabtu, 05 Desember 2009

Saturday

Bukan, bukannya saya tidak menyukai hari Sabtu, sebagaimana (banyak) orang tidak suka dengan hari Senin. Saya malah lebih suka Senin, fresh, habis berlibur dan masih penuh semangat. Namun, Sabtu biasanya saya lebih memilih diam di kamar menjalani ritual tidur seharian, memuaskan diri menonton film, atau sekedar mendengarkan musik sambil membaca dan menulis. Kalaupun terpaksa keluar, biasanya hanya sekedar membeli makanan dan minum.

Hari Sabtu identik dengan 'the lowest energy (and mood) level' for me. Jadinya? Kemungkinan saya murka pada hari ini sangatlah mungkin. Biasanya setelah murka perasaan saya menjadi tidak enak, gundah gulana. Berakhirlah seharian saya dengan perasaan tidak nyaman, dan ini berakibat buruk untuk sistem koordinasi tubuh saya. Haha. Ada yah? Ada lah. Hari ini saya berkali-kali menjatuhkan/ menyenggol barang-barang di sekitar saya. Untungnya kejadiannya di kamar. Jadi tidak ada korban jiwa, kecuali saya sendiri. Celana yang terciprati makanan, sendal kamar yang terkena minyak, lantai kamar yang basah, dll.

Kapan yah saya bisa memasukkan foto ke dalam blog ini lagi?

Selasa, 01 Desember 2009

Temptation

Mari kita (khususnya saya) awali bulan Desember ini dengan semangat. Suatu kejadian yang tiba-tiba menggugah rasa semangat saya, excited. Namun, sayangnya tidak boleh dipikirkan lebih lanjut. Godaan. Saya tidak siap dengan ganjarannya. Resiko. Tanggung jawab. Bahkan karma.

Sendiri membuat saya berpikir aneh-aneh. Jangan tergoda Dev. Kamu tega untuk menyakiti dua hati anak manusia, yang juga temanmu? Sebenarnya mudah saja, ketertarikannya sudah sangat terasa, cemburunya sudah menusuk. Bukankah tinggal 'menyebrang', menjamah dan memulainya? Maka dimulailah semua konflik baru yang penuh intrik dan sakit hati. Deuh, skenario favorit saya. Tapi jangan Dev. Jangan yah. Anggap saja dirimu yang terlalu berbesar kepala dengan segala kunjungan dan pujian, di depan dan di belakang sang kekasih. Mungkin memang dia bosan dan butuh selingan, tapi jangan jadikan saya selingan yah mas. Masih banyak kerjaan yang belum selesai nih. Haha.

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)