Senin, 14 Desember 2009

Cake Eater

Semoga tidak menjadi suatu kesalahan (fatal) untuk jiwa saya yang labil. Dia maunya serba sempurna. Saya menjadi takut, takut salah, takut tidak memenuhi standarnya. Untungnya beberapa tahun bersama, pilihan saya selalu tepat. Untuk makanan selalu enak, untuk suasana tidak ada yang bisa mengalahkan (keromantisannya), dan untuk harga, yah itu sih menjadi beban saya sendiri.

Sopan santun atau menghargai. Saya sudah ditraktir makan, selain mengucapkan terima kasih, saya juga tidak lupa mengatakan "Kok ga enak yah? Nasinya keras, lauknya keasinan." Memang saya pernah mentraktir dia? Belum.

Hadiah. Sama, saya juga akan mengucapkan terima kasih, dan untuk tahun berikutnya pilih saja salah satu mug bekas koleksi di dapur saya sebagai balasannya, yang penting kan memberi dan ikhlas.

Saya takut dengan mereka, tuntutannya tinggi, maunya banyak.

Cakenya harus enak, lembut, cokelat dan krimnya tidak boleh membuat eneg, harus ada buah-buahan di antara layer cakenya. Kalau tidak sesuai? Siap-siaplah menerima cercaan. "Cakenya aneh rasanya. Aku ga mau krimnya yah, eneg." Nah loh. Saya ambil lagi cakenya, menyisihkan krim di atasnya dan siap-siap mendengarkan analisa rasa cake selanjutnya. Argh.

Semoga tahun ini tidak.

1 komentar:

  1. ternyata terjadi lagi dan apakah saya kecewa? nope. menurut saya itu yang terbaik :)

    BalasHapus

Label

cerminan (23) daily (11) filosofi (1) fotografi (3) fragrance (3) jalan (5) khayal (10) musik (2) pandangan (4) photography (2) real (15) renungan (7) rumah sakit (6) santai (3) tuan puteri (2) waktu (6) weekend (6)